ilustrasi clipart.com |
BACA JUGA
- Sebentar Lagi akan Ada 'Istri Buatan'
- Dunia Pendidikan Berhadapan dengan Tantangan di Luar Kewajibannya
- Jangan Takut Bersaing dengan Robot
YOGYAKARTA, kiprahkita.com - Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), bisa berdampak positif tapi juga memiliki efek negatif. Bila tak hati-hati, maka AI bisa menjadi musuh terbesar manusia.
"AI merupakan cabang ilmu komputer yang mengembangkan mesin-mesin cerdas, yang dapat menjalankan tugas-tugas yang sebelumnya hanya bisa di-handle oleh manusia, seperti pengambilan keputusan kompleks, pemecahan masalah, dan pengenalan suara serta gambar," kata Pakar Big Data dan AI Ismail Fahmi, di Kampus Universitas Siber Muhammadiyah, Yogyakarta.
Ismail tampil sebagai narasumber pada kegiatan kuliah umum di universitas itu, Ahad (1/10), sebagaimana dirilis muhammadiyah.or.id, yang diakses dan dikutip pada Selasa (3/10) sore.
Dengan mengutip pendapat sejarawan dunia terkemuka Yuval Noah Harari, Ismail menyebut, AI memiliki potensi besar dalam meningkatkan kemampuan manusia, tetapi ia juga mengingatkan tentang risiko pengangguran massal, dan kesenjangan sosial ekonomi yang bisa terjadi, akibat peran manusia yang berkurang di tempat kerja.
Pelaku usaha di bidang industri teknologi berskala global Elon Musk, tegasnya, juga telah mengingatkan, AI akan menjadi ancaman besar jika tidak diatur dengan bijaksana. Kemampuan AI untuk belajar dengan cepat, tuturnya, dapat menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
"Musk bahkan menggambarkan AI sebagai penguasa dewa dan musuh terbesar manusia. AI adalah sebuah keniscayaan. Artinya kita semua tidak bisa lepas dari AI ini. Tetapi jika kita terlalu bergantung pada AI, kita sendiri yang mungkin akan menjadi tidak berguna," tuturnya.
Dia mengingatkan, manusia harus mengambil sikap bijak dalam menghadapi kemajuan teknologi AI, serta bagaimana kita dapat memanfaatkannya dengan baik, sambil menghindari dampak negatif yang mungkin terjadi.
“Jangan dijadikan AI sebagai joki, tapi jadikan ia sebagai tutor, di situlah Anda akan memiliki skill nantinya. Kalau jadi joki, Anda tidak akan belajar apa-apa,” ucap Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Digital PP Muhammadiyah ini.(muhammadiyah.or.id; ed. mus)
0 Komentar