PADANG PANJANG, kiprahkita.com - Untuk menghadapi kemungkinan terburuk akibat peningkatan aktivitas dan erupsi Gunung Marapi, di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Muhammadiyah dan Medicine Sans Frontieres (MSF) Barcelona, Spanyol, menjajaki kemungkinan berkolaborasi.
Pada pertemuan tersebut, dari MSF dihadiri Dr. Rey M. Anicete MD selaku head of mission MSF-OCBA yang berbasis Spanyol, didampingi Joerg Cordes.
Sedangkan dari Muhammadiyah hadir Wakil Ketua PWM Sumbar Drs. H. Marhadi Efendi, M.Si., Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PWM Sumbar Portito, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Padang Panjang Batipuh X Koto Musriadi Musanif, dan Sekretaris Satgas MDMC Pabasko Abril.
Turut berdiskusi Sekretaris PDM Pabasko Yandri Naga, Ketua PCM X Koto Wahyu Salim, Ketua PCM Padang Panjang Timur Firdaus, Seketaris PCM Batipuh Ahmad Fitri, dan lain-lain.
Anicede dan Cortes pada diskusi itu menyatakan, pada dasarnya mereka sangat memahami penderitaan masyarakat terdampak erupsi Gunung Marapi. Selain karena sudah berpengalaman mendampingi warga terdampak, mereka juga pernah mengalami peristiwa serupa secara langsung.
"Kami ingin berdiskusi lebih dalam, terutama pada hal yang menjadi bidang kami, yakni kesehatan masyarakat. Diskusi ini membuat kami bangga, karena Muhammadiyah sudah hadir mendampingi warga. Kini tinggal lagi bagaimana meningkatkan kapasitas, dan menghadirkan tenaga ahli kesehatan. Itu yang jadi fokus kami," sebutnya.
Melalui organisasi MSF Internasional, mereka pun mengutarakan niatnya untuk memberi bantuan. Pertemuan kali ini, ujarnya, merupakan langkah awal terbaik guna mempertegas komitmen untuk bekerjasama dan berkolaborasi.
MSF, tegasnya, siap mendorong dan berada di belakang Muhammadiyah melalui MDMC, memberi pertolongan kepada warga, khususnya di bidang kesehatan.
"Kini erupsi Marapi sedang terjadi. Kami memaklumi penderitaan yang diakibatkannya. Tapi kita harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk di masa yang akan datang. Sebaiknya Muhammadiyah membuat kajian resiko terberat. Lalu kita kolaborasikan dengan terlebih dahulu melakukan legalitas ikatan kerjasama," ujarnya.
Menyahuti pemaparan itu, Portito pun menyatakan, MDMC Sumbar berterima kasih atas dukungan MSF Barcelona. Dia pun berharap, komitmen ini bisa ditindaklanjuti dengan kerjasama, yang diawali dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU).
Musriadi dalam eksposenya menyebut, hampir tiga bulan sejak erupsi besar pertama Gunung Marapi pada 3 Desember 2023 pukul 15.40 WIB, berakibat 24 orang pendaki meninggal dunia, lalu kemudian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan statusnya dari Level II ke Level III pada 9 Januari 2024 pukul 18.00 WIB, penderitaan masyarakat semakin meningkat.
"Kita punya sejumlah pimpinan di daerah terdampak. Para anggota di sana melaporkan, saat ini mereka sudah kesulitan uang, karena tanaman hortikultura, sayur-mayur, dan sawah mereka rusak, lantaran tiap sebentar disiram abu dan lumpur vulkanik," jelasnya.
Keadaan demikian, sebutnya, lebih dari apa yang dikenal sebagai gagal panen. "Ini gagal tanam. Karena ditanam pagi, dihujani abu vulkanik siang, layu sore, dan keesokan paginya sudah mati. Ini butuh solusi taktis," sebutnya.
Selain gagal tanam, masyarakat di daerah-daerah terdekat erupsi juga mengalami gangguan kesehatan pernafasan, sumber air tercemar, dan was-was dengan ancaman lahar dingin.
"Setiap malam kita bisa mendengar gemuruh di perut gunung itu. Ini teror psikologis yang luar biasa. Warga tidak nyaman," sebut Musriadi, seraya menyebut kebanyakan warga Muhammadiyah berdomisili di daerah terdekat kawah Marapi.
Daerah-daerah itu adalah Nagari Aie Angek, Pandaisikek, Kotolaweh, Panyalaian, dan Paninjauan untuk Cabang X Koto. Sedangkan di Cabang Batipuh ada Nagari Andaleh, Batipuah Ateh, dan Batipuah Baruah plus Kota Padang Panjang.
Sementara Marhadi menegaskan, pertemuan ini akan segera ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU, sebagai upaya percepatan langkah menyiapkan warga menghadapi kemungkinan terburuk.(edi)
0 Komentar