Syahru Ramadhan

Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd. 

(Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Pusat Muhammadiyah)


OPINI, kiprahkita.com - Kata syahru diartikan lebih spesifik kepada bulan Ramadhan. Makna syahru dapat dimaknai juga adalah al-qamar, bagian dari tataran tatasurya. 


Namun syahru diartikan juga sebagai al-hilal, wajah muda dari penampakan bulan, yang senantiasa ditunggu-tunggu oleh para penentu awal bulan, terutama pada bulan Ramadhan. 


Syahru dapat diartikan rentangan, durasi waktu yang akan ditempuh dalam menjalankan liku kehidupan. Syahru dapat diartikan sebagai sifat popularitas, kegemaran dan keagungan yang terpandang pada sesuatu hal yang tengah terjadi.


Syahru Ramadhan dalam makna hakikat diartikan; pertama, bulan yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman, bertaqwa, beperilaku muhsinin, dan berjiwa shiddiqin untuk melaksanakan sebuah ubudiyah kepada-Nya dengan jalan melakukan imsak (menahan diri) untuk tidak memasukkan zat yang bersifat mengenyangkan ke dalam tubuh  dan tidak melakukan hubungan intim biologis (suami/istri) semenjak terbit fajar sampai dengan tenggelamnya matahari. 


Kedua, syahru diartikan sebagai sebuah bulan yang agung, dimana pada bulan tersebut, Allah SWT menurunkan kitab suci Al-Quran yang berisi petunjuk untuk segenap manusia. 


Petunjuk tersebut menjelaskan beberapa petunjuk sebelumnya yang ada pada kitab Allah pada masa Nabi dan Rasul sebelumnya, Suhuf Nabi Ibrahim, Taurat Nabi Musa, Zabur Nabi Daud, Injil Nabi Isya. Semua petunjuknya di update, disempurnakan. 


Petunjuk itu bukan hanya bersifat normatif, tetapi juga bersifat keilmuan, saintific, historis berupa kisah-kisah yang telah teruji kebenarannya dalam research para ilmuwan. 


Ketiga, Syahru Ramadhan, pada masa yang telah ditetapkan semenjak tanggal satu, sampai masuknya bulan berikut, terjadi akumulasi penaburan kebaikan, baik individual maupun masyarakat (komunitas), bulan tersebut memberikan keberkahan kepada segenap masyarakat, memperoleh kebaikan dari sesama, sehingga bulan ini senantiasa ditunggu-tunggu keberadaan dan kedatangan setiap tahun. 


Manusia akan menyesal jika tidak memanfaatkan bulan tersebut secara optimal dalam menabur kebaikan, maka Allah dalam ayat terakhir pada Al-Baqarah 185 “langallakum tasykurun” semoga kamu bersyukur. 


Kehadiran dan keberadaan kamu di bulan tersebut jangan disia-siakan. Sangat merugi orang yang berada pada bulan tersebut, tetapi tidak menggapai maghfirah dari Allah SWT. 


Dibandingkan oleh Rasul kepada orang yang merugi kalau sekiranya masih memiliki orang tua, tetapi tidak berbuat baik maksimal, demikian juga halnya di bulan Ramadhan, sangat merugi jika kita diberikan kesempatan hidup, tetapi tidak maksimal berbuat kebaikan di bulan ini. 


Keempat, Syahru Ramadhan, dimaknai juga, bahwa pada bulan tersebut Allah SWT senantiasa menerima doa, permintaan, permohonan yang disampaikan oleh hamba-Nya. 


Dikatakan bahwa doa dan permohonan yang diajukan oleh umat Islam selama bulan Ramadan memiliki potensi untuk lebih mudah diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa, istighfar, dan dzikir selama bulan ini.


Secara keseluruhan, Syahru Ramadan memiliki makna yang sangat penting dalam Islam sebagai bulan yang penuh berkah, ibadah, dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 


Pada bulan inilah bagi ummat Islam untuk melakukan muhasabah terhadap aktifitas selama satu tahun, untuk dapat ditingkatkan pada tahun yang akan datang. Orang yang tahun yang lalu sama dengan tahun ini, termasuk merugi, jika tahun yang lalu lebih baik dari tahun ini, termasuk yang dimurkai. 


Orang yang beruntung itu adalah orang yang senantiasa tahun demi tahun selalu meningkatkan kebaikan, baik secara individual maupun sebagai komunitas sosial.***

Posting Komentar

0 Komentar