PADANG PANJANG, kiprahkita.com - Suasana riang sore itu terhampar di Restoran Gumarang, di mana aroma harum hidangan khas Minang menguap dari dapur.
Bagi para perantau yang pulang, tempat ini bukan sekadar restoran, melainkan obat untuk rindu akan kampung halaman dan kenangan masa lalu.
Tahir (43), seorang perantau dari Jakarta, menemukan kembali kehangatan persahabatan saat duduk di bangku SMA bersama teman-temannya. Ampiang dadiah, mie rebus, nasi goreng, dan soto menjadi sajian yang menggugah memori masa lalu.
"Sudah dua tahun tidak pulang, ini baru kami bisa bertemu lagi. Suasana Restoran Gumarang ini seperti mengembalikan kenangan kami di masa lalu. Kami sering ke sini waktu SMA dulu," ujarnya sambil tersenyum.
Di hari libur Lebaran, Resto Gumarang menjadi saksi kesibukan, dengan pengunjung yang datang silih berganti. Terletak di pusat Kota Padang Panjang, lokasinya sangat strategis, memudahkan para pengunjung untuk singgah dan menikmati sajian khas Minang.
Resto Gumarang bukan hanya tempat untuk menikmati hidangan lezat, tetapi juga tempat bernostalgia bagi para perantau.
"Ibarat kata orang rantau, belum lengkap rasanya pulang kampung kalau tidak singgah ke Gumarang," ujar Sudirman Sutan Marlaut, atau akrab dipanggil Pak Haji Laut (62), penerus Restoran Gumarang.
Didirikan pada tahun 1970 oleh seorang veteran pejuang kemerdekaan bernama Muchtar Datuk Pisang, Restoran Gumarang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya kota ini. Nama "Gumarang" sendiri diambil dari salah satu nama kuda pacu khas Minangkabau yang menjadi simbol kebanggaan.
Sejak awal berdiri, restoran ini telah menjadi tempat favorit yang selalu dipadati pelanggan, baik lokal maupun turis.
Melalui hidangannya yang autentik dan suasana yang menghangatkan, Resto Gumarang terus mewariskan tradisi kuliner Minang, dan menjadi tempat istimewa bagi para perantau yang pulang kampung.(HARRIS SUYATA, dinas kominfo padang panjang)
0 Komentar