YOGYAKARTA, kiprahkita.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir mengemukakan, dalam ruang publik yang menyangkut kepentingan banyak orang, tidak hanya terdapat dimensi benar atau salah.
"Tetapi juga baik dan buruk, pantas dan tidak, etika, serta norma," katanya, dalam acara Syawalan 1445 H Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Masjid Islamic Center UAD, sebagaimana dirilis kanal resmi muhammadiyah.or.id, diakses Jumat (19/4) pagi.
Haedar menegaskan, perspektif multidimensional tersebut berlaku pada setiap kompetisi yang dijalani, di mana tidak boleh semata-mata demi mencapai kemenangan, segala cara dianggap halal.
Ia mendorong agar setiap individu menyertakan hati dalam setiap interaksi dan ruang perjumpaan, terutama bagi umat muslim yang memiliki aturan tentang batas nilai dalam ajaran agamanya.
Menyikapi riset Microsoft tentang Keadaban Digital, Haedar mengungkapkan, keprihatinan atas rendahnya keadaban digital warganet Indonesia, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Dia menyatakan, terjadi peluruhan akhlak dan nilai utama dalam masyarakat, termasuk tingginya angka korupsi di Indonesia.
Haedar mengidentifikasi pelonggaran nilai sebagai salah satu penyebab utama peluruhan tersebut, yang menjadikan segala hal menjadi terlalu permisif atau serba boleh. Dia menegaskan, menjaga keadaban merupakan tugas bersama, terutama bagi generasi baru.
Di tengah arus informasi digital, Haedar menyatakan kekhawatiran atas peluruhan kepercayaan terhadap agama dan spiritualitas di kalangan anak muda Indonesia, yang menghadapi arus sekularisasi dan liberalisasi.
Dia menyarankan agar transfer nilai kepada generasi penerus tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi juga institusi pendidikan, termasuk Muhammadiyah yang peduli terhadap dunia pendidikan.(*)
0 Komentar