PADANG, kiprahkita.com - Warga dan siswa sekolah berhamburan saat mendengar sirine peringatan tsunami di Padang, Jumat (26/4/2024).
Suara sirine yang menggema di seluruh kota mendorong semua orang untuk segera mencari tempat yang aman. Tapi ada juga beberapa warga yang melapor, mereka tidak mendengar sama sekali bunti sirine peringatan untuk mengungsi itu.
Salah satu tempat yang menjadi tujuan evakuasi adalah SMPN 1 Padang yang terletak di Jalan Sudirman. Siswa sekolah tersebut diarahkan untuk menuju Tsunami Safe Zone (TSZ) di Sawahan.
Lokasi ini tidak terlalu jauh dari sekolah, hanya berjarak sekitar setengah kilometer. Para siswa berjalan dengan cepat menuju zona aman karena selain suara sirine yang terus berbunyi, juga ada peringatan tsunami dari pihak berwenang.
"Di sini titik amannya. Semoga tidak terjadi tsunami," kata Yosi, seorang siswa yang tampak kelelahan saat mengikuti simulasi gempa dan tsunami, dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) Tahun 2024 di Padang.
Simulasi dimulai pada Jumat sekitar pukul 10.00 WIB dengan bunyi sirine gempa dan peringatan tsunami. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menguji, sejauhmana kesiapsiagaan masyarakat, dan mengecek keandalan alat Early Warning System (EWS) di berbagai lokasi.
Di tempat lain, seperti Pasar Alai, situasinya serupa. Warga berlarian menuju TSZ di Ampang. Yos, seorang warga setempat, menyatakan bahwa simulasi ini sangat penting untuk membiasakan masyarakat agar lebih waspada jika terjadi gempa dan tsunami yang sebenarnya.
Berbagai pihak terlibat dalam simulasi ini, termasuk tenaga kesehatan, mobil Ambulance, PMI Kota Padang, dan sejumlah instansi terkait lainnya. Mereka bertugas untuk memberikan bantuan dan pertolongan saat simulasi berlangsung.
"Kita mendorong Komunitas Siaga Bencana (KSB) dan mengajak masyarakat untuk selalu waspada saat terjadi bencana. Pemerintah Kota Padang tetap konsisten memberikan edukasi tentang simulasi bencana, meski kita tidak tahu kapan bencana akan terjadi," kata Sekretaris Daerah Kota Padang Andree Algamar.
Ini, tambahnya, adalah pengetahuan dasar dan pengalaman awal bagi peserta didik, agar mereka tahu cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa," ucap .
Di tempat terpisah, sebagai tuan rumah HKBNn 2024, Walikota Padang Hendri Septa memaparkan berbagai upaya yang telah dilakukan, untuk mengurangi risiko bencana di Kota Padang.
Pada Sarasehan HKBN 2024 pada hari yang sama, Hendri Smenyampaikan misi utama kota ini, yakni 'Menciptakan Masyarakat Sadar, Peduli, dan Tangguh Bencana'.
Menurutnya, strategi pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami di Kota Padang melibatkan berbagai aspek, termasuk memperkuat kebijakan dan kelembagaan, pengkajian risiko dan perencanaan terpadu, serta kerja sama dengan pihak terkait dalam penanganan kebencanaan.
Walikota Hendri menekankan pentingnya penguatan sistem peringatan dini, yang dilakukan setiap tanggal 26 setiap bulannya, dan pemasangan rambu-rambu serta papan informasi yang jelas.
"Kami telah memasang 25 buah marka blue line, 20 papan informasi, 6 unit rambu, serta mendukung pemasangan sirene Early Warning System (EWS) dan Pusdalops PB. Selain itu, kami juga memiliki Padang Command Center 112 untuk layanan kedaruratan," terangnya, sebagaimana diberitakan Dinas Kominfo setempat.
Dalam usaha meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, Pemko Padang bersama Kelompok Siaga Bencana (KSB) kelurahan telah mendidik sebanyak 43.550 rumah melalui penyuluhan 'door-to-door'. Langkah ini bertujuan memberikan informasi akurat tentang bencana kepada masyarakat.
Selain itu, Kota Padang kini memiliki 151 sekolah tangguh bencana atau Satuan Pendidikan Aman Bencana, serta 25 kelurahan tangguh bencana.
Pemko Padang juga berkomitmen berkolaborasi dengan BMKG, Kogami, dan masyarakat dalam program "tsunami ready community".
Dua kelurahan di Kota Padang, yaitu Kelurahan Purus dan Kelurahan Lolong Belanti, telah mendapat pengakuan dari UNESCO-IOC sebagai kelurahan siaga tsunami.
Hendri Septa menambahkan, Kota Padang memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana pada tanggal 30 September setiap tahunnya sejak 2010, untuk menumbuhkan rasa dan sikap kesiapsiagaan bencana di kalangan masyarakat.
"Ini bukan sekadar peringatan, melainkan pengingat agar kita tidak jumawa menghadapi bencana. Setiap bulannya, kami juga mengadakan 'Coffee Morning' dengan stakeholder kebencanaan untuk membahas isu pengurangan risiko bencana," pungkasnya.(*/mus)
0 Komentar