Nagari itu pun Tertimbun tak Terelakkan


TANAH DATAR, kiprahkita.com - Hujan terus turun dengan lebat selama beberapa hari, tidak ada yang sangka, itu adalah tanda yang telah Tuhan berikan. 


Suasana yang awalnya damai dan menyenangkan, sekejab berubah menjadi suatu peristiwa yang mencekam. Setelah terjadinya erupsi sejak 3 Desember 2023 yang menewaskan puluhan pendaki, kini banjir lahar dingin melanda daerah di Sumatera barat. 


Dalam yang kita ketahui, lahar dingin merupakan ancaman berbahaya. Erupsi Marapi, gunung api yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, membuat material vulkanik di puncak dan lereng gunung menumpuk. 


Farhan, anak berusia 11 tahun yang menyaksikan dan mengalami sendiri betapa mengerikannya hal yang mereka hadapi. 


Ia bercerita, hari itu, Farhan, salah satu anak yang tinggal di salah satu nagari di Kecamatan Lima Kaum, tempat terjadinya bencana, sedang menyibukkan diri di depan rumah.  


Saat diperhatikan lebih lama, ia melihat air telah memasuki halaman depan mereka, namun siapa sangka tiba-tiba volume air di selokan menjadi semakin besar, kemudian memasuki teras rumah, yang akibatnya tak pernah bisa dibayangkan oleh seorang pun saat itu. 


Ketika dilihat volume air semakin besar dan teraspun mulai di tutupi lumpur, tiba-tiba adiknya berteriak, air sungai di dekat rumahnya sudah meluap dan hampir menutupi jalan. 


Ibu Farhan bernama Tiara Mustika, panik saat mendengar ucupan anaknya itu. “Saya sedang memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi saat itu. Tiba-tiba saya mendengar anak saya berteriak, air sungai telah menutupi jalan dan saat saya lihat ternyata sawah sudah mulai terendam banjir,” ucapnya. 


Tidak ada firasat apapun mengenai hal ini, ia hanya berfikir banjir ini akan segera surut.(Wawancara, Tiara 16/5/2024). Namun, siapa sangka musibah akan terjadi. 


Air semakin menjadi deras, rumah-rumah mulai terisi oleh genangan air yang semakin kencang, Tiara pun memutuskan untuk pergi ketempat yang lebih tinggi, namun saat Farhan mencoba untuk keluar dari banjir sambil memegangi ibunya, tak lama ia pun ikut terserat banjir lahar dingin yang menjadi semakin deras. 


Entah bagaimana hal itu terjadi. Tapi ia tak sengaja terlepas dari tangan ibunya. Saat itu yang tergambarkan oleh Farhan, seperti berada di dalam blender, karena derasnya air membuatnya tidak dapat menapakkan kakinya.


Teriakan histeris warga menggema melihat kejadian itu. Saat terseret aliran lahar dingin, ia sempat terhimpit batang kayu, yang secara tak sadar menyelamatkan dirinya. 


Setelah beberapa saat terseret derasnya air, ia pun akhirnya bebas dari impitan kayu, Farhan kemudian tersangkut di tepi sungai dan masih dalam keadaan sadar. 


Warga yang melihat langsung sigap membantu menyelamatkan Farhan. Diiringi doa Tiara sambil menangis akhirnya Farhan selamat dan segera di bawa ketempat yang lebih aman (Wawancara, Tiara, Kamis 16/5/2024).


Kesedihan tak dapat terbendung lagi dari para warga hari itu, rintihan dan doa terseru di setiap sisi. Bangunan-bangunan yang tegak berdiri seketika goyah dan mulai hilang satu demi satu. Semua yang ada lenyap tak tersisa, mengalir hingga keujung samudera. 


Rintihan sangat jelas terdengar, suasana kelam mencekam menjadi semakin terasa. Puing-puing bangunan dan kendaraan-kendaraan mewah yang di banggakan selama ini sudah tak tampak lagi kondisinya. Pohon-pohon tumbang, ia menghancurkan apapun yang dilewatinya tanpa memilih-milih.


Mendengar berita bencana di kampung halamannya, Amrizal (37) mengaku, ia sangat cemas dan berharap semua akan segera baik-baik saja. 


Ia bersama dengan beberapa mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Batusangkar mulai mempersiapkan aksi untuk membantu para korban.


“Di sini banyak terdapat alumni dan mahasiswa yang memang berkuliah di ISI Padangpanjang, saya sendiri alumni dari Jurusan Antropologi di situ. Kami di sini ingin membantu para korban, saudara-saudara kami yang terdampak," ujarnya.


Mereka pun trauma healing, dan membantu juga membuka akses jalan, juga membersihkan beberapa tempat seperti masjid agar dapat digunakan untuk mandi dan ibadah.


Keadaan ini membuka mata masyarakat. ISI Padangpanjang pun menghadirkan para mahasiswa membantu para korban terdampak bencana, pada hari pertama 20 orang mahasiswa turun mengambil donasi ke jalan, 15 lainnya menjadi relawan pada kegiatan trauma healing.


Mereka berupaya menghibur masyarakat dibantu dengan para mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang berasal dari berbagai kampus di Indonesia (Selasa, 14/5/2024). 


Ketua BEM ISI Padangpanjang Riyan Mahesa Arrahman, mengarahkan teman-teman mahasiswa melakukan kegiatan gotong royong di tempat yang terkena bencana. 


Pada Kamis (16/5), sebanyak 17 mahasiswa ISI Padangpanjang yang berasal dari berbagai jurusan, ditambah dengan beberapa mahasiswa PMM, hadir dan membantu membersihkan jalan serta halaman rumah warga.


Kegiatan yang telah di lakukan ini sangat berdampak besar bagi masyarakat, salah seorang warga yang terkena dampak. Musibah memang datang pada siapa saja tanpa ada tanda atau peringatan lebih dulu, tak kenal usia. 


Tua, muda semua tak lepas dari musibah. Pemukiman yang asri di penuhi persawahan yang indah kini sirna tak tersisa, harapan dan doa yang bisa dipanjatkan. 


Berharap Tuhan memberikan jalan terbaik menghadapi seluruh cobaan. Ingatan akan hal ini akan selalu terkenang, sebagai peringatan akan kekuasaan dan kehebatan Tuhan Yang Maha Kuasa.***


Penulis Siti Rafifah Utami

Jurusan Desain Mode angkatan 22

NIM 12205522

Mahasiswa Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Posting Komentar

0 Komentar