BUKITTINGGI, kiprahkita.com - Bencana datang silih berganti. Benar kata ahli, Sumbar adalah 'super market bencana. Dari semua jenis bencana, semuanya ada di daerah ini.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Dr. Bakhtiar mengingatkan, faktor yang menyebabkan terjadinya bencana itu tidak hanya posisi geografis semata.
"Sumbar ini memang super market bencana, karena posisi geografisnya pada cincin api atau ring of fire, kondisi alam berlurah bergunung, dan kondisi lempeng bumi. Tapi perlu diingat, bencana itu terjadi tidak hanya faktor geografis," ujarnya, Sabtu (1/6), di Kampus Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UM Sumbar) Bukittinggi.
Bakhtiar mengatakan itu, dalam arahannya pada pembukaan Pelatihan Peningkatan Kapaitas Relawan Muhammadiyah, diikuti 250 peserta dan berlangsung selama dua hari.
Hadir pada kesempatan itu Wakil Ketua MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah Indrayanto, Wakil Ketua PWM Sumbar Dr. Mursal, Rektor UM Sumbar Dr. Riki Saputra, Ketua MDMC Sumbar Portito, dan undangan lainnya.
"Ada faktor lain penyebab bencana, seperti faktor kelalaian dan tidak membaca tanda-tanda alam dengan cermat. Faktor teologis juga perlu dikaji kenapa bencana datang silih berganti kepada suatu negeri seperti alam dirusak, sungai dipersempit untuk perumahan dan sentra aktivitas manusia," jelasnya.
Masih dari faktor teologis, Bakhtiar juga menyebut, kemungkaran dan kemaksiatan menjadi pemicu terjadinya bencana, seperti perjudiaan, LGBT, keaksiatan, dan pelanggaran aturan-aturan Islam.
Bakhtiar mencontohkan, sudah banyak peradaban di masa lalu yang hancur karena bencana. Manusia pada waktu itu, jelasnya, tidak sedikit yang melanggar larangan Allah dan mengabaikan suruhan-Nya.
Terkait usaha yang seharusnya dilakukan menghadapi situasi dan ancaman bencana, Bakhtiar mengingatkan tiga metode, yakni bayani, burhani, dan irfani.
"Bayan yang terkait dengan peringatan Allah melalui wahyu, bencana terjadi bukan hanya faktor alam, kenapa Allah menghancurkan peradaban di masa lalu? Ini jadi pelajaran mitan. Aspek burhani atau sains dan teknologi, dan irfani yakni sensitivitas terhadap warga yang terdampak," katanya.(mus)
0 Komentar