Ismail dan Gemas


Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd. 

Dosen Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta


OPINI, kiprahkita.com  - Hari ini, kita banyak mendapat pertanyaan dari warga, terkait perbedaan waktu shalat Idul Adha antara Inodesia dengan Makkah.


Padahal Indonesia lebih awal selama empat jam dibandingkan dengan ummul khuro, tetapi mengapa ummul khuro lebih dahulu satu hari. 


Mungkin inilah urgensinya kalender global. Sekalipun dari perhitungan dan penglihatan, pada tangal 29 Zulqaidah bahwa hilal belum wujud, tetapi dalam perjalan empat jam di Saudi, mereka telah dapat menyaksikan hilal, maka dinyatakan esoknya adalah tanggal 1 Zulhijjah, sementara kita menggenapkan Zulqidah menjadi tiga puluh.

 

Hadits Nabi terakit dengan Puasa Arafah:


صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ ؛ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً، وَصَوْمُ عَاشُوْرَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً


Artinya: "Puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, yaitu tahun yang lalu dan tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari Asyura dapat menghapuskan dosa tahun yang lalu." (HR Muslim, Ahmad, Nasai, Ibnu Majah, dan Abu Daud)


Puasa Tarwiyah dikerjakan pada hari tarwiyah yang bertepatan dengan 8 Zulhijah, dua hari sebelum Hari Raya Idul Adha. Puasa Arafah dikerjakan sehari setelah hari Tarwiyah, yakni pada 9 Zulhijah. 


Pelaksanaan Ibadah Puasa Tarwiyah, Puasa Arafah dan Shalat Idul Adha dilakukan bukan berbasis pada kegiatan yang dilaksanakan oleh jamaah haji, tetapi dilakukan berdasarkan waktu yang ditetapkan yaitu, tanggal 8 Zulhijjah, 9 Zulhijjah dan 10 Zulhijjah, penetapan waktu tersebut berdasarkan ketetapan yang sudah ada. 


Bagi kita tidak ada masalah dengan perbedaan waktu antara Indonesia dan ummul khuro. 

Namun yang sangat penting dari itu, perlu dipahami terkait dengan napaktilas sejarah dari ibadah ini. 


Tidak mungkin terpisahkan oleh kita bagaimana relasi Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail AS. 


Ismail anak yang sangat didambakan dan diharapkan oleh Ibrahim AS untuk melanjutkan estapeta keyakinan, kelurusan, dan kebenaran tauhid yang ia miliki, tetapi diuji oleh Allah SWT untuk disxmbxlih, maka dengan tidak ada tanya dan prasangka Ibrahim langsung memberi tahu kepada Ismail, Ismail tanpa tanya dan sangka langsung menjawab kerjakan apa yang diperintahkan Allah SWT. 


Presentasi nyata manusia bertauhid yang lurus. Tidak terpengaruh oleh berbagai hal yang ada di sekitar, sekalipun Iblis dan setan tetap menjadikan ini sebagai sebuah peluang untuk menggoda, namun Ibrahim, Ismail dan Hajar tidak bergeming dengan godaan sang laknatullah tersebut. 


Eksekusi tetap dilakukan Ismail pasrah untuk dikorbankan dan Ibrahim langsung mengeksekusi, sementara Hajar iklhas memberikan anaknya untuk dan atas nama perintah Allah SWT. 


Kepasrahan dan ketundukan yang agung dipertontontonkan oleh najzil muhsinin tersebut. 

Dengan demikian Allah langsung menyampaikan “ZSungguh engkau telah membenarkan mimpimu. Kami menebusnya dengan seekor hewan sxmbxlihan yang besar”.


وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ


Artinya: Kami menebusnya dengan seekor hewan sxmbxlihan yang besar (Qs. As-Saffat:107)


Ketundukan dan kepatuhan Ismail terhadap Allah dan ayahnya atas dasar ketauhidan yang kokoh dan hakiki melekat pada dirinya, sekalipun yang diberikan adalah nyawa sendiri. 

Ismail anak yang bertauhid dan taat kepada orang tua. Wujud nyata dari ketauhidan, ketaatan, kesabaran, keberanian, dan kerja keras yang harus ditanamkan kepada anak-anak untuk membentuk karakter yang baik dan kuat dalam iman.


Pendidikan dasar anak, pertama ketauhidan, memberikan kepasrahan dan ketundukan hanya kepada Allah, meyakini bahwa kehidupan tergantung kepada Allah, hanya perintah Allah yang harus dilakukan dan dilaksanakan, tidak ada kekuatan dan celah untuk membantah yang diperintahkan Allah. 


Kedua, kepatuhan terhadap orang tua, arahan dan petunjuk orang tua memberikan kebaikan hakiki terhadap diri anak, mustahil orang tua mencelakakan anak, tidak ada pilihan pada diri anak selain dari menaati perintah yang dgariskan oleh orang tua. 


Pondasi tauhid relasi kebaikan orang tua dan anak serta tanggungjawab orang tua terhadap anak, menjadikan anak patuh dan taat kepada orang tua.  


Ketiga, kesabaran, kesiapan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan atas perintah dan kehendak Allah, dan kerelaan memberikan sesuatu yang sukar diberikan, tetapi harus diberikan karena permintaan Allah yang telah memberi semenjak awal. 


Keempat, keberanian untuk melakukan perintah Allah dengan eksekusi nyata dan realitas dalam kehidupan, tanpa bantahan dan kritikan. 


Semua dilakukan sebagai wujud patuh dan taat dilakukan secara terencana dan perfectionist. 


Kelima, kerja keras, bekerja tekun untuk menggapai keberhasilan, bukan mengandalkan kekuatan dan kebesaran orang tua, keluarga dan jaringan keluarga. 


Kerja keras profesionalitas personal yang dimiliki diri, sebagai wujud dari kompetensi diri dalam kehidupan nyata di tengah kehidupan.    


Seiring dengan kemajuan bangsa maka dibutuhkan kelahiran generasi emas, masa kejayaan yang diperoleh dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan, sehingga menghasilkan sebuah genarasi yang sempurna dan paripurna dalam kemajuan. 


Generasi emas adalah generasi yang unggul dalam pemanfaatan teknologi komunikasi, sukses dalam pengejawantahan artificial intelligence. 


Generasi emas yang dihasilkan oleh kemajuan bangsa ini ke depan, harus dibarengi dengan karakter ismaily, yang mengedepankan tauhid dalam diri, kepatuhan terhadap orang tua, tanggungjawab orang tua dalam beranak.


Juga mengembangkan diri dengan kesabaran, menyandarkan hasil pekerjaan kepada qadha dan qadar Allah, bekerja tekun ulet dan Tangguh untuk kemajuan, tetapi tetap tawakkal kepada Allah. ***

Posting Komentar

0 Komentar