![]() |
ilustrasi mployee.id |
Oleh Atika Humaira Fitri Karim
NIM 2310513003
Mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas
OPINI, kiprahkita.com - Dinamika kependudukan adalah fenomena yang kompleks mencakup berbagai aspek, termasuk pertumbuhan populasi, perubahan struktur usia, urbanisasi, dan migrasi.
Di Indonesia, dinamika ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk kesehatan masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan demografis dapat membawa tantangan dan peluang bagi sistem kesehatan, yang memerlukan respon kebijakan yang tepat dan efektif.
Dinamika kependudukan, termasuk pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan perubahan demografis, memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk yang cepat itu menyebabkan tekanan besar pada sistem kesehatan, fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan obat-obatan, terutama di pedesaan.
Begitupun urbanisasi yang pesat memperburuk masalah kesehatan dan menciptakan tantangan kesehatan baru pula di perkotaan, seperti polusi udara, sanitasi yang buruk, dan meningkatnya kasus penyakit tidak menular akibat perubahan gaya hidup.
Perubahan demografis, khususnya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut, menambah beban sistem kesehatan dengan tingginya prevalensi penyakit kronis dan degeneratif yang membutuhkan perawatan berkelanjutan.
Nah, untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai inisiatif, termasuk Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan tujuan menyediakan akses universal ke layanan kesehatan, peningkatan infrastruktur kesehatan di pedesaan, dan promosi kesehatan preventif.
Oleh karena itu, analisis ini menyoroti pentingnya kebijakan kesehatan yang adaptif dan inovatif untuk mengatasi dampak negatif dari dinamika kependudukan, dan memastikan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan di Indonesia.
Melalui pendekatan holistik dan terintegrasi, tantangan-tantangan yang dihadapi dapat diatasi, menciptakan sistem kesehatan yang lebih tangguh, dan responsif terhadap perubahan demografis dan kebutuhan populasi yang berkembang. Sebagai mana diuraikan di bawah ini.
Pertama, Pertumbuhan Penduduk dan Kesehatan Masyarakat
Pertumbuhan penduduk yang cepat adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia. Diperkirakan mencapai lebih dari 270 juta jiwa pada tahun 2020, dengan laju pertumbuhan tahunan sekitar 1,1 persen.
Otomatis berpengaruh pada ketersediaan dan aksesibilitas fasilitas kesehatan dan menyebabkan antrian panjang untuk mendapatkan pelayanan medis di perkotaan dan tantangan yang kompleks di pedesaan karena keterbatasan fasilitas kesehatan, kurangnya tenaga medis, Kondisi ini menimbulkan disparitas dalam kualitas dan akses layanan kesehatan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Kedua, Urbanisasi dan Kesehatan Masyarakat
Urbanisasi sebagai perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan telah menyebabkan berbagai masalah kesehatan baru di kota-kota besar. Seperti peningkatan polusi udara, yang telah menjadi penyebab utama penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Selain itu, lingkungan perkotaan yang padat dan kurangnya ruang hijau meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular.
Begitupun sanitasi dan akses terhadap air bersih juga menjadi tantangan di daerah perkotaan. Permukiman informal atau daerah kumuh yang tidak memiliki akses memadai ke sanitasi yang layak, sehingga meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare dan kolera.
Di sisi lain, perubahan gaya hidup di perkotaan, seperti pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik, telah menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Ketiga, Perubahan Struktur Demografis dan Kesehatan
Perubahan struktur usia penduduk adalah aspek lain dari dinamika kependudukan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Indonesia sedang mengalami transisi demografis dengan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut.
Menurut proyeksi, proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas akan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang. Hal ini membawa implikasi serius bagi sistem kesehatan, karena lansia cenderung memiliki kebutuhan perawatan kesehatan yang lebih kompleks dan kronis.
Penyakit degeneratif seperti Alzheimer, penyakit Parkinson, dan berbagai penyakit kronis lainnya menjadi lebih umum di kalangan lansia.
Selain itu, kebutuhan akan perawatan jangka panjang dan fasilitas panti jompo juga meningkat. Ini menuntut adanya peningkatan kapasitas dan kualitas layanan kesehatan geriatri serta dukungan sosial untuk lansia.
Migrasi, baik internal maupun internasional, juga berperan dalam dinamika kependudukan dan memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat.
Migrasi internal dari daerah pedesaan ke perkotaan sering kali disebabkan oleh pencarian peluang ekonomi yang lebih baik. Namun, migran ini sering kali menghadapi tantangan kesehatan karena kondisi hidup yang buruk, akses terbatas ke layanan kesehatan, dan kurangnya jaringan sosial di daerah baru.
Oleh karena itu, penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mengkaji pengaruh dinamika kependudukan kesehatan masyarakat di Indonesia, perlu untuk dapat memberikan pemahaman mendalam, tentang fenomena yang kompleks dan dinamis terkait kependudukan dan kesehatan.
Hasil penelitian memungkinkan eksplorasi yang lebih detail mengenai bagaimana faktor-faktor seperti pertumbuhan penduduk, urbanisasi, perubahan struktur usia, dan migrasi mempengaruhi sistem kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dinamika kependudukan yang terjadi di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks dan multi-dimensi, membawa dampak yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat.
Pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang pesat, perubahan struktur demografis, dan migrasi semuanya memainkan peran penting dalam membentuk tantangan dan peluang yang dihadapi oleh sistem kesehatan Indonesia.
Ketersediaan dan aksesibilitas layanan kesehatan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan pedesaan pun menyebabkan disparitas dalam kualitas layanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat.
Di perkotaan, meskipun ada lebih banyak fasilitas, tekanan pada sistem kesehatan membuat kualitas pelayanan bisa menurun. Sebaliknya, di pedesaan, keterbatasan infrastruktur dan tenaga medis membuat akses terhadap layanan kesehatan menjadi sangat terbatas.
Selain itu sistem kesehatan harus beradaptasi untuk menangani peningkatan layanan kesehatan. Dibutuhkan lebih banyak fasilitas perawatan jangka panjang, seperti panti jompo dan layanan home care, untuk memenuhi kebutuhan perawatan lansia.
Tenaga medis perlu dilatih khusus dalam bidang geriatri, untuk memberikan perawatan yang tepat dan efektif bagi penduduk usia lanjut tersebut.
Begitupun migrasi internasional, termasuk pekerja migran dan pengungsi, juga membawa tantangan tersendiri.
Banyak migran internasional yang menghadapi hambatan dalam mengakses layanan kesehatan di negara tujuan karena berbagai faktor, seperti status legal, hambatan bahasa, dan diskriminasi.
Kondisi ini membuat mereka rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit menular dan masalah kesehatan mental.***
0 Komentar