Deretan Karya Hamka di Jejak Tarbiah Malaysia

 


SELANGOR, kiprahkita.com - Hari masih pagi. Cuaca agak cerah. Suhu di kota Kajang, Selangor amatlah sejuk. Hawa baru akan terasa panas, ketika jarum jam menunjuk angka 10.00 waktu Malaysia.

Dua anak muda enerjik dengan dua unit kendaraan, membelokkan mobil yang dikendarainya ke depan lobi hotel. Mobil jenis van dikendarai perempuan, sementara yang double cabin dekendarai seorang lelaki, yang kemudian diketahui masih berstatus mahasiswa.

Saya sudah mengenali keduanya, karena saat mendarat di Bandara Internasional Kualalumpur dua hari sebelumnya, mereka juga yang menjemput dan mengantarkan ke tempat kami menginap di Bangi.

Kedua bujang itu bekerja di sebuah lembaga bernama Jejak Tarbiah, yang kemudian dikenal dengan Jejak Buku dan Kopi di Bandar Puteri Bangi. Yang perempuan akrab dengan sapaan Kak Syu. Nama lengkapnya adalah Syuhada Zolkiflie, sedangkan yang lelaki dan merupakan mahasiswa Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) adalah Muhammad Azzam

Jejak Tarbiah adalah sebuah badan usaha di negeri jiran itu. Tiga hal yang menjadi fokus mereka adalah buku, wacana, dan kembara.

Dalam hal perbukuan, lembaga ini menerbitkan buku-buku, baik karya penulis-penulis Malaysia, maupun buku-buku terbitan Indonesia yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu Malaysia.

Usaha di bidang wacana, Jejak Tarbiah secara terjadwal menggelar diskusi-diskusi, seminar, dan bedah buku. Sementara untuk urusan kembara, lembaga ini membawa warga Malaysia berwisata intelektual, ke tempat-tempat penting yang diceritakan dalam sebuah buku yang sedang best seller di toko mereka.

Toko buku mereka yang di Bandar Puteri itu, tidak sebagaimana lazimnya toko buku di Indonesia. Mereka menyebut toko dengan bangunan berlantai tiga itu dengan Jejak Buku dan Kopi.

Saya, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumbar Dr. Bakhtiar, Ketua Badan Pembina Pesantren (BPP) Kauman H. Apris dan Mudir Pesantren Kauman Padang Panjang Dr. Derliana, dijemput ke hotel tempat menginap selama tiga hari, untuk menikmati sarapan. Setelah itu langsung merapat ke Jejak Buku dan Kopi.

Berbeda dengan Indonesia, memang. Realitas yang kami temukan adalah deretan rak buku untuk dijual, dan buku-buku gratis baca di tempat. Walaupun gratis, tapi pengunjung boleh berlama-lama di sini, karena juga tersedia sajian kopi yang nikmat.

"Banyak buku gratis baca di tempat. Tapi kalau ingin beli, juga ada," terang Kak Syu, didampingi sejumlah anak muda yang mengelola Jejak Tarbiah dalam berbagai divisi dan spesialisasi.

Saya langsung meluncur ke deretan rak buku, meninggalkan kawan-kawan yang asyik berbincang dengan anak-anak muda itu. Rak-rak buku tersusun rapi dalam dua sisi ruang; satu sisi gelap dan lainnya sisi terang.

Kekaguman tak bisa saya sembunyikan. Di salah satu rak pada sisi terang, saya menemukan deretan buku-buku karya Prof. Dr. Hamka yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Melayu Malaysia. Masya Allah, sebuah buku karya Hamka yang sudah bertahun-tahun saya cari, terpajang indah di situ.

Judulnya: Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao. Buku ini merupakan bantahan Hamka terhadap buku yang sudah terbit sebelumnya, berjudul Tuanku Rao yang ditulis Mangaradja Onggang Parlindungan yang amat kontroversial.

Hamka menyebut, buku Tuanku Rao karya Parlindungan itu memicu kesan, bahwa pahlawan-pahlawan sejati Paderi hanyalah Bangsa Batak, sedangkan orang Minangkabau disebut hanya duduk-duduk saja di rumah.

Penerbit pertama buku bantahan Hamka itu adalah Republika. Tapi saya temukan di Malaysia. Langsung saya masukkan ke keranjang belanjaan. Harganya 48 Ringit Malaysia (RM). Saya dapat diskon lumayan, ditambah dengan bonus atau hadiah buku karya Hamka lainnya berjudul Di Dalam Lembah Kehidupan seharga RM30.


“Terima kasih Jejak Tarbiah. Beli satu dapat dua,” ucap saya pada Kak Syu yang mendampingi.

Dari 130-an judul buku yang sudah ditulis Hamka, baik fiksi maupun nonfiksi, lebih separohnya ada di sini. Sebanyak 18 judul buku diterbitkan ulang oleh Jejak Tarbiah. 

Buku itu ada yang sudah berpuluh tahun tak beredar di Indonesia, ada juga yang tak boleh beredar di negeri-negeri tertentu di Malaysia. Semuanya adalah buku best seller dan viral!

Luar biasanya, Jejak Tarbiah juga mengajak para pembaca melakukan kembara ke tempat-tempat yang tersebut di dalam buku Hamka, khususnya yang sedang hangat mereka wacanakan. Biasanya, dalam satu kali perjalanan ada 30 hingga 40 orang.

Mereka sudah sering membawa rombongan ke Padang, Maninjau, Bukittinggi, Batusangkar, Batipuh, dan Padang Panjang. 

Kalau ke Padang Panjang, selain mengunjungi daerah Gatangan tempat Hamka pernah tinggal, Jembatan Besi. Mereka juga mengunjungi Bancah Laweh tempat Hayati menyaksikan pacu kuda, yang diceritakan dalam Tenggelamnya Kapal van der Wijk.

Rombongan juga mewajibkan berkunjung ke Kauman Muhammadiyah Padang Panjang. Di sini, Hamka menjadi direktur pertama sebuah lembaga pendidikan yang berdiri 1928 bernama Tabligh School. 

Madrasah ini telah berkembang pesat di bawah bendera Pesantren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang, saat ini dipimpin Derliana, satu-satunya perempuan yang menjadi pimpinan tertingginya, sejak berdiri hingga kini.

Dari setiap kembara yang dilakukan, anggota rombongan juga akan menulis kesan dan fakta yang mereka temukan. Karya-karya tulis itu kemudian dirangkum lalu diterbitkan dalam sebuah buku. Biasanya, buku itupun laris manis di Jejak Buku dan Kopi.

Kak Syu menjelaskan, Hamka dan Muhammadiyah memang memiliki hubungan yang sangat dekat. Saat Hamka merantau ke Jogja di usia 16 tahun, kakak iparnya AR Sutan Mansur pernah memperkenalkan gerakan sosial Muhammadiyah saat itu.

“Pada tahun 1933, Hamka mengembangkan kembali Sekolah Tabligh dengan nama baru Kulliyatul Muballighien yang sekarang dikenal sebagai Pondok Pusat Komunitas Muhammadiyah Pedang Panjang,” jelasnya.

Lalu, kenapa pilihan jatuh terhadap karya-karya Hamka yang dipilih untuk diterbitkan? "Hamka  adalah sosok hebat di banyak bidang kehiduan, sehingga mudah bagi pesan dan kerjanya untuk masuk ke masyarakat, " jawab Kak Syu singkat.

Di Jejak Buku dan Kopi, bukan hanya pembaca buku yang sepanjang hari berkunjung. Para penulis buku pun berdatangan ke sini. Mereka asyik membaca, berwacana, dan menggali ide-ide baru.

Terima kasih Kak Syu. Terima kasih Azzam. Terima kasih Jejak Tarbiah. Kalian hebat, telah merawat warisan Hamka dengan cara-cara yang amat luar biasa.(MUSRIADI MUSANIF, wartawan utama)

Posting Komentar

0 Komentar