Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.
Sekreataris LPLH-SDA MUI Pusat
“Hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”
OPINI, kiprahkita.com - Seorang tokoh nasional yang tengah baru naik daun, menyampaikan di depan khalayak ramai dengan setengah kelakar dan sangat serius dalam ungkapan, “Kita harus lebih paten lagi. Soalnya, Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita. Saya mau kasih tahu saja, jangan coba-coba main-main barang ini. Waduh, ini ngeri-ngeri sedap barang ini,”
Ungkapan ini tentang pentingnya memperhatikan pesan dari seorang sang raja, yang bertitah secara nonformal kepada para pemujanya, sehingga seorang pemuja sangat ketakutan untuk melaksanakan titah sang raja dengan serius sekali, tidak main-main, waduh celaka, ngeri barang ini dengan ungkapan khas yang melekat pada karakter seorang pemuja raja.
Berbeda dengan titah sang raja/ratu kepada pasukannya pada ayat An-Naml ayat 18.
Seorang raja memiliki sense of crisis (kewaspadaan terhadap krisis yang tengah terjadi) dan sense of responsibility (rasa tanggungjawab) yang melekat pada pundak sang raja untuk keselamatan para anak buahnya, sehingga raja semenjak dini menyampaikan maklumat kepada anak buahnya, agar semua masuk ke dalam rumahnya, karena ada seorang raja besar yang akan lewat dengan pasukan lengkap.
Raja dan pasukan biasanya tidak peduli dengan yang ada disekitarnya, apalagi sejenis semut kecil.
Pastilah raja akan dengan mudah menginjak-injak dan membinasakan semua habitat dan ekosistem para semut, karena ia tidak berguna dan membahayakan sengatan dan gigitannya pada kenyamanan diri.
Menyadari hal yang demikian sang raja semut langsung melakukan mitigasi bencana, dengan semenjak dini memerintahkan anak buahnya masuk ke dalam sarangnya, agar terhindar dari injakan dan sabotase sang raja besar, sebentar lagi akan lewat dengan pasukan lengkap.
Demikianlah kehati-hatian dan kesiapsiagaan seekor raja semut. Hal ini adalah bentuk nyata dari preparedness, suatu kondisi yang dikembangkan untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang akan terjadi pada objek yang menempati ruang di lingkungan ini, terhadap kemungkinan bencana yang akan menimpa.
Bencana yang akan menimpa tersebut boleh jadi akibat peristiwa alam, boleh jadi juga peristiwa perang, konflik, perselisihan antar etinis, komunitas dan individual.
Raja adalah sosok pemimpin yang bertanggungjawab secara moril, material, dan legecy terhadap kondisi anak buahnya.
Sehingga ia selalu waspada terhadap segala hal yang akan membahayakan anak buahnya, termasuk dalam hal ini peristiwa perjalanan satu pasukan besar yang melewati habitat anak buahnya.
Raja memperingati secara dini dengan early warning system, rangkaian alat, prosedur, dan metode yang digunakan untuk mendeteksi ancaman atau bahaya secara cepat sehingga tindakan pencegahan atau mitigasi dapat dilakukan untuk mengurangi dampaknya.
Hal ini merupakan bagian dari tanggungjawab seorang raja yang memiliki sense of responsibility, kesadaran dan komitmen diri untuk memenuhi tugas dan kewajiban, harus memberikan keputusan cepat dan meminimalize resiko terhadap anak buahnya.
Berbeda dengan raja kebanyakan yang hanya memerintahkan anak buah dan menuntut anak buah bekerja rapi dan sistematis, tanpa melibatkan dirinya dalam berbagai resiko, dengan demikian raja tersebut lebih rendah kualitas kepemimpinannya dibandingkan dengan raja semut.
Maka belajar dari seekor raja semut, membuat para raja harus terbelalak dan berintrospeksi bahwa raja memiliki tanggungjawab besar untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah.
Perlindungan tersebut perlu dikelola dengan membangun system yang baik dalam bentuk pranata sosial terstruktur dan terukur, agar segenap masyarakat memiliki jaminan dalam bergerak, bertindak dan berbuat untuk melangsungkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia.
Rakyat diberikan kesejahteraan dengan menyediaakn segala kebutuhan hidup, agar rekyat tenang di rumah bekerja dan berlindung dalam menghadapi berbagai bahaya.
Rakyat diberikan panduan dan pedoman dalam melakukan aktifitas kehidupan, terus menerus di edukasi, dididik, diajari, dipandu, dan ditingkatkan kompetensinya, sehingga ia lebih adaptif dalam menjalankan kehidupan, menggapai kesejahteraan yang lebih baik, meraih kebahagiaan yang sempurna. Dengan itulah membuat sang raja, memiliki legacy, dicintai, dikenang, oleh rakyatnya.***
0 Komentar