1.284 Orang Ikuti Kuliah Umum Kebencanaan Kerjasama MDMC-UIN Imam Bonjol

PADANG, kiprahkita.com - Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, bekerjasama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, menggelar kuliah umum.

Pada kesempatan kuliah umum kebencanaan, MDMC PWM Sumbar juga menandatangani kerjasama dengan para pihak.(*)

Ketua MDMC PWM Sumbar Portito mengungkapkan, kuliah umum yang digelar dalam rangka memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana 2024, mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. 

Acara yang diadakan di Kampus III UIN Imam Bonjol Padang ini, ujarnya, bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, dalam menghadapi potensi bencana, termasuk ancaman gempa bumi besar megathrust.

"Alhamdulillah, kegiatan ini mendapat respons positif dari masyarakat. Terbukti, jumlah peserta yang hadir mencapai 1.284 orang," ungkap Portito, Ahad (6/10/2024).

Portito menjelaskan, kuliah umum ini tidak hanya bertujuan untuk memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana, tetapi juga membangun kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana alam, yang kerap terjadi di Sumatera Barat. 

"Edukasi yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran serta kesiapsiagaan masyarakat, dalam memitigasi dampak dari bencana yang mungkin terjadi," ujarnya.

Acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai instansi dan lembaga, termasuk Gubernur Sumatera Barat, pejabat dari Kementerian ESDM, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, serta Direktur Fasilitas Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB.

Selain itu, turut hadir Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat Aisyiyah, Pengurus Pusat MDMC, serta Dewan Pakar MDMC Sumatera Barat. Portito berharap, melalui kegiatan ini, masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi bencana dan memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam melakukan tindakan mitigasi. 

"Kami berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut dan semakin banyak masyarakat yang paham akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana," tutupnya.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy, memaparkan berbagai kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terkait penanggulangan bencana, termasuk rencana penerapan Earthquake Early Warning System (EEWS) di wilayah Sumbar. 

Sistem peringatan dini gempa ini, katanya, diharapkan dapat mengurangi risiko korban jiwa dalam bencana gempa bumi yang potensial melanda kawasan tersebut.

"Sistem EEWS bekerja dengan mendeteksi gelombang sebelum gempa terjadi, sehingga masyarakat memiliki waktu untuk berlindung," jelas Audy.

Audy mengungkapkan, Pemprov Sumbar memiliki 10 kebijakan strategis dalam penanggulangan bencana. 

Beberapa kebijakan yang diambil antara lain aktivasi dan penguatan Sistem Peringatan Dini (EWS) termasuk EWS inklusif, memperkuat Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB), serta mengoptimalkan tempat evakuasi sementara (TES) dan jalur evakuasi di daerah rawan bencana.

Kebijakan lain yang menjadi prioritas meliputi perluasan Program Desa Tangguh Bencana (DESTANA), replikasi blue line atau batas landaan tsunami, serta penerapan standar bangunan tahan gempa yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung sementara. 

"Kami juga terus mengoptimalkan sosialisasi, baik melalui media digital maupun konvensional, untuk meningkatkan kesiapan masyarakat," lanjutnya.

Audy menambahkan, Pemprov Sumbar juga fokus pada penguatan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) serta memperluas kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan organisasi kemanusiaan. 

Menurutnya, salah satu mitra strategis Pemprov dalam hal ini adalah Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). 

"Kami sangat berterima kasih kepada MDMC atas dukungannya selama ini. Kami berharap kolaborasi ini dapat terus terjalin," ujar Audy.

Audy mengungkapkan, berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indonesia telah mengalami sekitar 874 bencana sepanjang Januari hingga Juni 2024. 

Bencana ini menyebabkan 263 korban jiwa, 28 orang hilang, 410 orang luka-luka, serta hampir 4 juta warga harus mengungsi. 

Di Sumbar sendiri, tercatat sebanyak 141 bencana dengan jenis bencana yang didominasi oleh tanah longsor, banjir, dan angin kencang.

Akibat dari bencana-bencana tersebut, di Sumbar terdapat 94 korban jiwa, lebih dari 87.000 warga mengungsi, 9.331 rumah rusak, 55 sekolah mengalami kerusakan, 132 jembatan terdampak, dan 5 fasilitas kesehatan yang rusak. (adpsb; ed. mus)

Posting Komentar

0 Komentar