BANDA ACEH, kiprahkita.com - Sinar terang mentari menyinari Kuburan Massal Korban Tsunami di Desa Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.
Hal itu terjadi, Rabu (9/10), saat menyambut kedatangan segenap insan yang mendoakan 14.264 syuhada —sebutan bagi mereka yang gugur dalam peristiwa gempa bumi dan tsunami Aceh pada 2004 silam.
Taburan bunga dan doa-doa khusyuk dilantunkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto, beserta jajarannya.
Tujuannya adalah untuk mengantar kedamaian jiwa, para syuhada dan pahlawan kemanusiaan, yang berkorban di masa kelam tersebut.
"Kehilangan luar biasa ini merupakan pelajaran berharga yang tidak akan pernah hilang dari ingatan kita. Namun, kenangan ini tidak menjadi alasan untuk terpuruk, melainkan menjadi kekuatan bagi kita dalam membangun ketahanan menghadapi bencana di masa depan," ungkap Suharyanto.
Ia menekankan, bencana adalah peristiwa yang berulang. Suharyanto berharap, masyarakat dan pemerintah daerah, terus memperkuat kesiapsiagaan serta meningkatkan mitigasi, dengan memahami tanda-tanda bencana alam.
"Aceh adalah negeri para pejuang, dengan keindahan alam yang diwariskan oleh leluhur kita. Semangat pantang menyerah dan kebangkitan dari masa kelam harus kita teruskan kepada generasi berikutnya," ujarnya, diberitakan infopublik.id, dikutip saat diakses pada Jumat (11/10).
Suharyanto mengajak masyarakat Aceh dan pemerintah daerah, untuk berkolaborasi dalam menyebarkan edukasi terkait mitigasi bencana.
Lebih jauh dari itu, Suharyanto menyatakan 20 tahun pascabencana, proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh telah berjalan dengan baik.
Namun, upaya pencegahan tetap harus diperkuat demi meminimalisir dampak bencana di masa mendatang.
"Ingatan yang pahit ini seharusnya menjadi pijakan bagi kita untuk siap menghadapi bencana berikutnya," imbuh Suharyanto.
Acara ziarah ini turut dihadiri oleh Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA, Pj Wali Kota Banda Aceh Ade Surya, Sekretaris Utama BNPB Rustian, dan sejumlah pejabat penting lainnya.
PENANAMAN MANGROVE
Tak jauh dari lokasi pemakaman, Suharyanto dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Pantai Ulee Lheue, tempat simbolis penanaman 6.000 pohon mangrove sebagai bagian dari mitigasi bencana tsunami.
"Aceh, yang banyak memiliki wilayah pesisir, membutuhkan infrastruktur alami seperti mangrove untuk mengurangi kekuatan gelombang tsunami," jelas Suharyanto.
Mangrove, katanya, merupakan investasi jangka panjang dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Penanaman mangrove ini adalah salah satu aksi nyata yang terus diupayakan secara berkelanjutan, sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana, yang selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo, yang selalu menekankan pentingnya pencegahan bencana sebelum terjadi.
Di waktu yang sama, Suharyanto juga menyampaikan bahwa BNPB akan memberikan bantuan kepada masyarakat di Aceh Tengah dan Aceh Utara, yang terdampak banjir bandang dan tanah longsor.
Bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat serta mempercepat proses pemulihan di daerah tersebut.
Peringatan ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana, agar Aceh dan daerah lainnya di Indonesia lebih tangguh dalam menghadapi ancaman bencana di masa depan.(*)
0 Komentar