Keteladanan dalam Keheningan: Mengenang Ibrahim Sjarief Assegaf, Suami Najwa Shihab
NASIONAL, kiprahkita.com –Kabar duka datang pada bulan Mei ini menghenyak banyak pihak. Ibrahim Sjarief Assegaf, suami dari jurnalis kenamaan Indonesia, Najwa Shihab, telah berpulang ke rahmatullah. Meski namanya tidak sering menghiasi halaman-halaman media atau menjadi topik utama dalam perbincangan publik, kepergiannya menyisakan kesedihan mendalam, tidak hanya bagi keluarga dan sahabat, tetapi juga bagi mereka yang mengenal sosoknya secara tidak langsung.
![]() |
Najwa dalam kenangan bersama suami |
Ibrahim Sjarief Assegaf adalah figur yang bersahaja. Ia bukan seorang tokoh publik dalam pengertian yang lazim kita kenal, bukan pula seorang selebritas yang mengejar sorotan kamera. Namun justru dari kesederhanaan dan pilihannya untuk tetap berada di balik layar itulah ia memberi pelajaran berharga tentang makna pendampingan, ketulusan, dan integritas dalam peran domestik maupun profesional.
Dikenal sebagai seorang yang rendah hati dan tak banyak bicara kepada publik, Ibrahim mendampingi Najwa Shihab dalam berbagai tahap kehidupan: dari masa awal karier sebagai jurnalis lapangan, masa-masa membesarkan anak, hingga fase ketika Najwa menjadi ikon dalam dunia jurnalistik dan aktivisme sosial. Ia memilih tetap menjadi "rumah" bagi istrinya, tempat pulang yang senyap namun kokoh. Dalam era ketika eksistensi seringkali diukur dari kehadiran di media sosial atau penampilan publik, Ibrahim justru menunjukkan bahwa ada kekuatan yang tak kalah besar dalam diam dan dukungan senyap.
Keputusan Ibrahim untuk tetap menjauh dari sorotan bukanlah ketidakhadiran, melainkan bentuk pilihan sadar. Ia tetap aktif di dunia hukum, dikenal memiliki integritas tinggi dalam profesinya sebagai advokat, dan dihormati oleh rekan-rekan sejawat. Bukan karena gaya bicara yang lantang atau penampilan flamboyan, tetapi karena kredibilitas dan keteguhan prinsip.
Pasangan Najwa dan Ibrahim menjadi cerminan relasi yang saling menguatkan tanpa harus bersaing untuk terlihat. Najwa tampil di panggung publik membawa isu-isu penting, memperjuangkan suara rakyat, dan menegakkan etika jurnalistik. Di balik keberanian dan ketegasan Najwa, kita bisa membayangkan betapa pentingnya keberadaan sosok seperti Ibrahim, yang dengan tenang dan setia menjadi sandaran sekaligus tempat bertukar pandangan dalam ruang-ruang privat yang tak tertangkap kamera.
Dalam konteks budaya Indonesia, sosok laki-laki seperti Ibrahim juga memperkaya pemahaman kita tentang maskulinitas. Ia tidak merasa perlu mendominasi atau menyaingi pasangannya, melainkan mendukung dengan cara yang bermartabat. Ia menjadi contoh bahwa kekuatan seorang pria tidak selalu harus ditampilkan lewat kepemimpinan yang vokal atau posisi di garda depan, melainkan bisa diwujudkan lewat ketekunan, keberanian dalam kesunyian, dan kesetiaan pada nilai-nilai kebaikan.
Kepergian Ibrahim Sjarief Assegaf juga membawa refleksi tentang relasi manusia dengan ketenaran dan kerendahan hati. Ia bukan hanya pasangan dari seseorang yang terkenal, tetapi pribadi yang memiliki pijakan hidup sendiri, memilih peran-peran yang tak banyak disorot tapi justru mendasar dalam kehidupan bersama. Banyak di antara kita mungkin tidak tahu banyak tentang dirinya, justru karena ia tidak ingin diketahui secara berlebihan. Namun kepergiannya menyadarkan kita bahwa dunia kehilangan seseorang yang menjadi simbol keteduhan dan kekuatan dari balik layar.
Kepada Najwa Shihab dan keluarga, duka ini bukan hanya milik mereka, tetapi juga milik bangsa yang mengenal dan menghargai pasangan ini, meski dari jauh. Doa dan simpati mengalir dari banyak kalangan—dari mereka yang pernah bersentuhan langsung, hingga yang hanya mengenal nama Ibrahim dari cerita-cerita kecil yang tersebar. Kepergiannya memperkuat satu pesan universal: bahwa kebaikan tidak selalu harus bising, dan cinta yang setia tak selalu harus diumbar. Kadang, ia hadir dalam diam, bekerja dalam senyap, dan dikenang karena kebaikan yang ditinggalkannya.
Semoga Ibrahim Sjarief Assegaf mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Dan semoga kita semua dapat belajar darinya tentang ketulusan hidup, serta menghargai peran-peran senyap yang sering kali justru menjadi fondasi dari keberhasilan orang-orang besar di sekelilingnya.
0 Komentar