Gubernur Mahyeldi dan Upaya Membumikan Ekonomi Islam Melalui Wakaf di Sumatera Barat

Wakaf Sebagai Jalan Solusi: Gubernur Mahyeldi dan Upaya Membumikan Ekonomi Islam di Sumatera Barat

PADANG, kiprahkita.com Dalam hiruk-pikuk tugas kenegaraan dan pelayanan publik, tak banyak pemimpin daerah yang masih menyempatkan diri untuk terus belajar secara akademis. Namun Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, membuktikan bahwa menjadi pemimpin tak pernah berarti berhenti menjadi pembelajar.

Pada Rabu, 2 Juli 2025 lalu, Mahyeldi dinyatakan lulus dalam sidang tesis Magister Manajemen di University Islam Antarabangsa Sultan Abdul Halim Mu’adzam Shah (UniSHAMS), Malaysia, dengan topik yang relevan dan penuh visi: "Strategi Pengembangan Wakaf Produktif Dalam Pengentasan Kemiskinan di Sumatera Barat."

Gubernur Memperagakan Sertifikat Tesisnya 

Pemilihan tema wakaf bukanlah hal yang kebetulan. Bagi Mahyeldi, wakaf bukan sekadar ibadah, melainkan sebuah instrumen ekonomi umat yang selama ini belum tergarap optimal. Dalam konteks Sumatera Barat, yang dikenal dengan falsafah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, upaya ini menjadi langkah strategis dalam menyatukan nilai adat, agama, dan pembangunan ekonomi.

Wakaf selama ini kerap dipahami hanya sebatas membangun masjid, sekolah, atau pemakaman. Namun Mahyeldi melihatnya dari perspektif baru: wakaf produktif—yakni pengelolaan aset wakaf secara profesional untuk menghasilkan pendapatan yang berkelanjutan.

Hasilnya bisa dialirkan kepada masyarakat miskin, pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi berbasis syariah. Inilah bentuk ekonomi Islam yang membumi, tidak hanya ideal dalam teori, tetapi dapat langsung menyentuh kehidupan masyarakat.

Dalam risetnya, Mahyeldi tidak hanya menyoroti potensi wakaf, tapi juga menelusuri hambatan—dari rendahnya literasi wakaf, lemahnya manajemen aset, hingga kurangnya sinergi antar lembaga. Ia kemudian menawarkan strategi konkret untuk menjadikan wakaf sebagai sumber pembiayaan alternatif yang berdaya guna dan berkeadilan.

Langkah ini juga menjadi refleksi penting bagi para pemimpin lainnya: bahwa pendidikan dan pemikiran strategis adalah bagian penting dari kepemimpinan. Dengan mengambil studi magister sambil menjabat sebagai gubernur, Mahyeldi memberikan pesan kuat bahwa ilmu pengetahuan harus berjalan beriringan dengan praktik pemerintahan.

Jika rencana berjalan lancar, Mahyeldi akan diwisuda pada Oktober 2025 mendatang. Namun sejatinya, keberhasilannya bukan hanya tentang gelar akademik, melainkan bagaimana hasil pemikirannya dapat dijadikan kebijakan nyata dalam mengentaskan kemiskinan dan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat Sumbar.

Sebagaimana wakaf yang diwariskan untuk manfaat jangka panjang, langkah Mahyeldi ini semoga menjadi warisan intelektual dan kebijakan yang terus memberi dampak bagi generasi selanjutnya.

Inspirasi Wakaf Bersama Dr. Hj Umi Waheedah

Dasyatnya Wakaf Bersama Umi Waheedah

Posting Komentar

0 Komentar