Lahan Pertanian Terdampak Kekeringan, 5,25 Hektare Gagal Panen

10,25 Hektare Lahan Pertanian di Sungai Tarab Terdampak Kekeringan, 5,25 Hektare Gagal Panen

TANAH DATAR, kiprahkita.com Tanah Datar, 2 Juli 2025 — Sebanyak 10,25 hektare lahan pertanian di Kecamatan Sungai Tarab terdampak kekeringan akibat musim kemarau yang melanda wilayah tersebut. Dari jumlah itu, 5,25 hektare di antaranya telah dinyatakan puso atau mengalami gagal panen.

Tanaman Padi Siap Panen

Akibat puso ini, kerugian yang dialami petani diperkirakan setara dengan hilangnya sekitar 27,3 ton gabah kering, menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanah Datar, Roni Wijaya Amin.

Untuk mengantisipasi kekeringan yang berpotensi meluas, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar melalui Dinas Pertanian telah mulai mengambil langkah-langkah strategis. "Langkah yang kami ambil antara lain dengan mengoptimalkan wilayah lain yang masih memiliki pasokan air cukup untuk menutupi kekurangan di daerah terdampak," ujar Roni.

Sebagai strategi jangka menengah, Dinas Pertanian juga mengimbau petani untuk mengubah pola tanam dan meningkatkan penggunaan pupuk organik seperti di daerah Gunung Kota Padang Panjang, guna menjaga kesuburan tanah dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cuaca ekstrem. Di Padang Panjang sistem pertanian ini sudah lama dicobakan.

"Berdasarkan hasil uji lapangan, sawah yang menggunakan pupuk organik tetap lembap dan tidak mengalami retakan saat musim kemarau, berbeda dengan sawah yang menggunakan pupuk kimia," jelas Roni. Selain itu, peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) juga diintensifkan agar lebih aktif memberikan pendampingan kepada petani, khususnya di wilayah rawan kekeringan.

Meski ada area yang mengalami puso, Dinas Pertanian optimistis produksi padi secara keseluruhan tetap dapat dipertahankan dengan memaksimalkan potensi lahan di wilayah lain yang masih aman dari kekeringan.

"Pemantauan akan terus kami lakukan, dan data dari kecamatan lain akan dikumpulkan secara berkala sebagai dasar penentuan langkah selanjutnya," tambahnya.

Sementara itu, Bupati Tanah Datar Eka Putra mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran jerami atau lahan pertanian karena dapat memicu kebakaran, terutama di tengah musim kemarau yang kering saat ini.

"Kami mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan pembakaran sembarangan, baik di pekarangan rumah, sawah, maupun kebun. Mohon juga untuk selalu mengecek kompor dan instalasi listrik yang dapat menjadi pemicu kebakaran,"pesan Bupati.

Produksi Beras Nasional Januari–Agustus 2025 Tembus 24,97 Juta Ton, Naik 14,09 Persen

Sementara itu dari Jakarta, 2 Juli 2025 — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa produksi beras nasional sepanjang Januari hingga Agustus 2025 mencapai 24,97 juta ton, meningkat 14,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang sebesar 21,88 juta ton.

Peningkatan ini mencerminkan perbaikan signifikan di sektor pertanian, terutama dalam hal produktivitas dan perluasan lahan panen. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa kondisi pertanaman yang relatif stabil meskipun terjadi variasi curah hujan menjadi faktor utama pendorong peningkatan produksi.

"Potensi produksi beras selama Juni hingga Agustus 2025 diperkirakan mencapai 8,09 juta ton, naik 13,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujar Pudji dalam keterangan persnya, Selasa (1/7/2025). Dari sisi produksi gabah, potensi gabah kering giling (GKG) untuk periode tersebut diperkirakan mencapai 14,03 juta ton, meningkat 13,94 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara kumulatif, produksi GKG dari Januari hingga Agustus 2025 tercatat sebesar 43,34 juta ton, atau naik 14,11 persen secara tahunan.

Peningkatan produksi ini juga ditopang oleh perluasan luas panen. Luas panen padi pada Juni–Agustus 2025 diperkirakan mencapai 2,77 juta hektare, naik 13,05 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, total luas panen Januari–Agustus 2025 diperkirakan sebesar 8,24 juta hektare, meningkat 13,22 persen secara tahunan.

Sentra produksi utama masih tersebar di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa, seperti Indramayu, Karawang, Cianjur, Grobogan, Sragen, Pati, Bojonegoro, Lamongan, dan Ngawi. Di luar Jawa, kontribusi signifikan datang dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, NTB, dan NTT.

Selain capaian produksi, BPS juga mencatat kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juni 2025 yang mencapai 121,72, atau naik 0,47 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ini terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,70 persen, lebih tinggi dibandingkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik 0,23 persen.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari berbagai kebijakan afirmatif yang dijalankan pemerintah, termasuk penambahan pupuk bersubsidi, distribusi alat dan mesin pertanian (alsintan), perbaikan sistem irigasi, dan berbagai bentuk bantuan lainnya.

"Ketahanan pangan adalah pilar utama kedaulatan bangsa. Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, kami akan terus memperkuat produksi, menjaga stok pangan nasional, dan meningkatkan kesejahteraan petani," ujar Menteri Pertanian. Kementerian Pertanian menegaskan komitmennya untuk menjaga tren positif ini melalui percepatan tanam, perlindungan hasil panen, serta sinergi lintas sektor guna mewujudkan swasembada pangan nasional. (Yus MM/Bs*)

Posting Komentar

0 Komentar