Sumatra Barat di Titik Nol Kebangkitan Pencak Silat Nasional
TANAH DATAR, kiprahkita.com –Angin perubahan tengah berhembus dari Ranah Minang. Pada pelantikan Pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumatera Barat Periode 2025–2029, secercah harapan besar menyala—harapan untuk mewujudkan Sumatra Barat sebagai pusat budaya pencak silat Indonesia.
Bukan sekadar mimpi, tekad itu kini berpijak pada fondasi yang nyata: sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan tokoh-tokoh pencak silat yang sudah lama bergiat dan setia menjaga tradisi negeri ini.
![]() |
Pencak Silat Sumatra Barat Menuju Kebangkitan |
Adalah M. Shadiq Pasadigoe, anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem dan tokoh yang telah lama malang-melintang dalam dunia pencak silat Minang, yang menyuarakan optimisme ini dengan penuh keyakinan. Ia melihat momen ini sebagai “angin segar” yang harus ditangkap, terlebih dengan dukungan dari Wakil Gubernur Sumbar, Vasko Rusaimi, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum IPSI Sumbar, serta komitmen nyata dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Shadiq tidak hanya bicara ide. Ia menegaskan perlunya langkah konkret: mulai dari penyusunan proposal, desain bangunan, hingga pencarian lahan yang strategis. Gagasan besar itu dirangkum dalam sebuah visi luhur: membangun Gelanggang Pencak Silat Sumbar—sebuah pusat latihan, pertunjukan, dan pengembangan pencak silat, bukan hanya sebagai cabang olahraga, tapi juga sebagai warisan budaya dan spiritualitas orang Minang.
Dalam satu kalimat sarat makna, Shadiq mengutip falsafah Minang: "mancari kawan, mancari bathin, mancari Tuhan.” Inilah esensi pencak silat yang sebenarnya: bukan semata teknik bertarung, tetapi jalan menemukan jati diri, nilai, dan kedamaian batin. Maka pembangunan gelanggang ini bukan hanya infrastruktur fisik, melainkan upaya membangun karakter generasi muda Sumbar.
Dukungan penuh dari Menpora Dito Ariotedjo memperkuat pondasi cita-cita ini. Ia bahkan mengusulkan pembangunan Gedung Olahraga bergaya Rumah Gadang, menjadikan silat sebagai bagian dari identitas budaya dan juga destinasi wisata. Sumbar, menurutnya, akan menjadi pusat pengembangan pencak silat dalam peta klusterisasi olahraga nasional.
Inisiatif ini tidak hanya menargetkan prestasi di arena olahraga, tapi juga revitalisasi budaya yang mendalam. Pencak silat bukan lagi milik masa lalu, tetapi bagian dari masa depan bangsa. Dan Sumatra Barat, dengan segala keunikan budayanya, berada di posisi strategis untuk memimpin gelombang kebangkitan ini.
Kini, semua mata tertuju pada Ranah Minang. Di sinilah titik nol kebangkitan pencak silat nasional mulai digoreskan. Sebuah gelanggang bukan hanya akan dibangun dari semen dan baja, tapi dari tekad, kecintaan terhadap budaya, dan komitmen untuk merawat warisan leluhur.
Mudah-mudahan, cita-cita ini segera mewujud. Saat itu tiba, generasi muda Minang tidak hanya akan menemukan tempat untuk berlatih silat, tetapi juga menemukan makna, arah, dan akar dirinya sebagai anak bangsa.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, M Shadiq Pasadigoe, menyampaikan tekadnya itu untuk merealisasikan pembangunan Gelanggang Pencak Silat Sumatra Barat (Sumbar).
“Saya lihat ada angin segar, karena sekarang ketua IPSI adalah Wakil Gubernur Sumbar, saya ada di DPR RI, dan Kemenpora juga mendukung. Mudah-mudahan dapat terwujud,” ujar Shadiq dalam acara pelantikan Pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumatera Barat Periode 2025–2029, di Padang, Sumatra Barat, Jumat (4/7/2025) kemarin.
Shadiq menjabat Ketua Harian IPSI Sumbar sejak 2002 dan kini menjadi anggota Dewan Pertimbangan IPSI Sumbar di bawah kepemimpinan Ketua Umum Vasko Rusaimi (Wakil Gubernur Sumbar). Ia menyebut saat ini adalah momen yang tepat untuk mewujudkan gagasan tersebut. Shadiq juga menyerukan langkah konkret, membuat proposal lengkap, Rencana Anggaran Biaya (RAB), desain bangunan, hingga pemilihan lokasi yang strategis.
“Yang penting sekarang, mari kita buat gambar, cari tanahnya, dan wujudkan bersama-sama bagaimana membangun gelanggang pencak silat untuk generasi muda sebagai tempat ‘mancari kawan, mancari bathin, mancari Tuhan’,” tegasnya, mengutip falsafah Minang yang sarat makna itu.
Dalam pelantikan IPSI Sumbar tersebut, Menpora Dito Ariotedjo turut hadir dan menyatakan komitmen penuh pemerintah dalam mendukung pencak silat sebagai warisan budaya sekaligus cabang olahraga berprestasi. Bahkan, Menpora menggagas pembangunan Gedung Olahraga (GOR) bergaya rumah gadang yang akan menjadi pusat pelatihan dan pertunjukan silat. “Silat berasal dari sini. Jadi kenapa tidak dibangun GOR dengan arsitektur Rumah Gadang? Ini bukan hanya olahraga, tapi juga warisan budaya dan potensi wisata,” ungkap Dito.
Menurutnya, Kemenpora tengah merancang klusterisasi olahraga nasional, dan Sumbar diposisikan sebagai pusat pengembangan pencak silat. Ia berharap IPSI Sumbar mampu membangun ekosistem silat yang utuh—tidak hanya untuk prestasi, tetapi juga untuk budaya dan pariwisata olahraga.
Dukungan kuat dari legislatif pusat, pemerintah daerah, dan Kemenpora menjadi sinyal positif bahwa Sumatra Barat berada di jalur yang tepat untuk menjadi Pusat Budaya Pencak Silat Indonesia dan menepis keadaan "Pencak Silat Nasional Sumbar di Titik Nol Kebangkitan." (Yudis/Yus MM*)
0 Komentar