JAKARTA UTARA, kiprahkita.com –Perkembangan kasus terungkap. Polisi mengungkap kondisi keluarga anak berkonflik dengan hukum (ABH) terduga pelaku peledakan SMAN 72 Jakarta. Mulai dari tak punya tempat curhat hingga kedua orang tua bercerai. Polda Metro Jaya mengungkap fakta tersebut saat konferensi pers sejak Selasa (11/11) kemarin. Berikut fakta yang terungkap terkait kelaurga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta.
ABH Tak Memiliki Tempat Curhat
Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Iman Imanuddin mengungkap pemicu ABH melakukan aksinya di SMAN 72 Jakarta. Ia menyebut ABH nekat melakukan itu lantaran tidak punya tempat curhat.
"Ada hal yang menarik juga di dalam proses penyidikan yang kami peroleh dari hasil penggalian keterangan maupun petunjuk-petunjuk yang ada saat itu. Bahwa yang bersangkutan anak berkonflik dengan hukum ini terdapat dorongan untuk melakukan peristiwa hukum tersebut," katanya dia dalam jumpa pers.
Iman pun menjelaskan bahwa ABH tersebut merasa sendiri dan tidak punya tempat untuk berkeluh kesah. Kondisi itu dirasakan pelaku, baik di lingkungan keluarga apalagi di sekolah.
"Dorongannya, di mana yang bersangkutan merasa sendiri kemudian merasa tak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya, baik itu di lingkungan keluarga kemudian di lingkungannya itu sendiri, maupun di lingkungan sekolah," ujarnya.
Temuan ini juga menjadi perhatian polisi bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). "Ini yang menjadi perhatian kami juga bersama dengan KPAI untuk menyikapi hal tersebut," tuturnya.
Perkembangan Kondisi Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta
Direktur Utama RSIJ Cempaka Putih, dr. Pradono Handojo, menjelaskan perkembangan kondisi korban ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta Utara. Hingga Senin, 10 November 2025 pukul 12.00 WIB, sebanyak 13 korban masih dirawat di RSIJ Cempaka Putih. Dari jumlah tersebut, 11 pasien dirawat di ruang inap biasa, sementara dua pasien berada di Intensive Care Unit (ICU) dan High Care Unit (HCU).
![]() |
Untuk dua pasien yang masih berada di ruang intensif, keduanya menunjukkan perkembangan positif. Pasien di ICU sudah dapat membuka mata serta mulai bisa menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah. Meski begitu, keduanya masih membutuhkan waktu pemulihan karena mengalami luka bakar di bagian wajah serta patah pada rahang atas.
Selain para korban, pihak rumah sakit juga menangani terduga pelaku ledakan. Namun, dr. Pradono menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk menjelaskan lebih jauh mengenai kondisi terduga pelaku karena hal tersebut menjadi wewenang kepolisian.
Berdasarkan data dari Posko Pelayanan RSIJ Cempaka Putih pada Senin, 10 November pukul 12.00 WIB, total korban di tiga rumah sakit—RSIJ Cempaka Putih, RS Yarsi, dan RS Pertamina Jaya—mencapai 70 orang. Dari jumlah tersebut, 38 pasien telah dipulangkan, sementara 32 lainnya masih menjalani perawatan medis.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut bahwa siswa-siswi SMAN 72 Jakarta Utara sudah kembali mengikuti kegiatan belajar secara daring pada Senin, 10 November 2025. Proses ini akan dievaluasi secara bertahap dengan harapan pembelajaran tatap muka dapat dimulai kembali pada Senin, 17 November 2025.
Sementara itu, Polda Metro Jaya melalui Dansat Brimob Kombes Henik Maryanto mengungkapkan hasil penyelidikan di lokasi kejadian. Dari tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan total tujuh bom. Dua di antaranya sempat meledak, sementara sisanya berhasil dijinakkan oleh tim penjinak bahan peledak.
Insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara terjadi pada Jumat, 7 November 2025 sekitar pukul 12.15 WIB. Ledakan terjadi di area masjid sekolah yang sedang digunakan untuk salat Jumat dan mengakibatkan puluhan orang mengalami luka.
Direktur Utama RSIJ Cempaka Putih dr Pradono Handojo menjelaskan kondisi 13 korban ledakan SMA 72 yang masih dirawat di rumah sakit tersebut.
"Pada posisi siang ini, jam 12 tanggal 10 November, yang masih kami rawat jumlahnya 13 orang. Yang 11 dirawat inap biasa, sedangkan dua orang dirawat di Itensive Care Unit (ICU) dan High Care Unit (HCU)," kata Pradono saat ditemui di RSIJ Cempaka Putih, Senin siang.
Ia menambahkan, sejak insiden tersebut, Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSIJ Cempaka Putih telah menerima 49 pasien korban ledakan. Secara umum, para korban mendapat penanganan pada bagian telinga akibat gelombang ledakan.
"Yang dirawat 13 orang ini hampir semuanya kondisinya berangsur-angsur membaik. Secara umum kami dapati trauma yang cukup serius pada daerah pendengaran. Ada yang mengalami bolong total pada bagian gendang telinga, ada juga yang sebagian," ujarnya.
Untuk dua pasien yang masih berada di ruang intensif, Pradono menyebut keduanya menunjukkan perkembangan positif meski belum diperbolehkan pulang.
"Posisi tadi pagi sudah mulai membuka mata yang di ICU dan sudah bisa mulai menggerakkan tangan dan kakinya sesuai dengan perintah. Kemarin belum, namun alhamdulillah hari ini bisa. Dalam perjalanan ini masih membutuhkan upaya recovery yang cukup banyak karena luka bakar yang cukup banyak di daerah muka, kemudian juga ada patah di daerah rahang atas, dan juga beberapa hal yang lainnya yang tidak memungkinkannya untuk bisa segera pulang," terangnya.
Kondisi terduga pelaku
Pradono juga mengonfirmasi terduga pelaku yang menyebabkan ledakan di SMAN 72 turut mendapat perawatan medis di rumah sakitnya. Namun, ia menegaskan pihak rumah sakit tidak memiliki kewenangan untuk menjelaskan lebih jauh.
"Tentu terduga pelaku kondisinya juga berangsur baik, namun kami tidak mendapatkan otoritas dari pihak kepolisian untuk menceritakan lebih lanjut tentang kondisi beliau," ujarnya.
Insiden ledakan terjadi di SMA 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Jumat (7/11) terjadi sekitar pukul 12.15 WIB. Asal ledakan tersebut berasal dari masjid yang sedang melaksanakan salat Jumat dan memakan banyak korban.
Dari laporan terbaru di papan informasi Posko Pelayanan RSIJ Cempaka Putih, Senin (10/11) pukul 12.00 WIB, tercatat di tiga rumah sakit, RSIJ Cempaka Putih, RS Yarsi, dan RS Pertamina Jaya, korban mencapai 70 orang. Dari jumlah tersebut, 38 pasien sudah dipulangkan, sementara 32 lainnya masih menjalani perawatan medis.
Berdasarkan laporan terbaru, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut siswa-siswi SMA 72 Jakarta Utara sudah kembali mengikuti proses belajar mengajar secara online pada Senin (10/11). Hal tersebut nantinya akan terus dievaluasi secara berkala dan dan harapannya proses belajar mengajar secara offline akan kembali digelar mulai Senin (17/11).
Polda Metro Jaya mengungkap hasil penyelidikan kasus ledakan bom di lingkungan SMAN 72 Jakarta. Total ada tujuh bom yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).
Dansat Brimob Polda Metro Jaya Kombes Henik Maryanto menyampaikan pihaknya menemukan dua bom yang meledak di TKP. Kemudian polisi pun langsung melakukan penjinakan beberapa bom lain yang masih aktif.
Polda Metro Jaya melakukan pemeriksaan terhadap ayah terduga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta. Terduga pelaku ditetapkan oleh polisi sebagai anak yang berkonflik dengan hukum atau ABH.
"Sudah diminta keterangan dua hari lalu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Budi Hermanto saat dikonfirmasi, Kamis (13/11/2025).
Penyidik juga telah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi pada ledakan yang terjadi Jumat (7/11/2025) itu.
“Hari ini, yang diambil keterangan saksi anak ada 46 orang secara paralel dengan giat observasi dari APSIFOR,” ujarnya.
Kami sita barang bukti dari tubuh korban di Rumah Sakit Islam Jakarta, seperti barang bukti yang menempel di tubuh korban, seperti serpihan-serpihan ledakan, paku dan sebagainya yang sudah dikumpulkan oleh pihak RS," ujarnya dikutip dari Antara.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengungkapkan terduga pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta itu tinggal bersama ayahnya di kediamannya.
"ABH tinggal bersama ayahnya (di rumah), sementara ibunya bekerja di luar negeri," kata Budi Hermanto saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Terkait dugaan perundungan atau bullying di sekolah, dia menjelaskan hal tersebut masih butuh pendalaman. "Masih pendalaman agar fakta sebenarnya bisa ditemukan karena ABH masih tahap pemulihan pascaoperasi," kata dia.
Berdasarkan data kepolisian, puluhan korban mengalami beragam luka akibat ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta.
Kepala Bidang Dokter dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Metro Jaya Kombes Pol dr. Martinus Ginting mengungkapkan luka yang dialami para korban ledakan tersebut antara lain luka bakar, gangguan pendengaran, hingga patah tulang tengkorak. (BS)*


0 Komentar