TANAH DATAR, kiprahkita.com - Dua bulan terakhir, akrab terdengar di telinga, warga menyebut 'kepundan'. Usai Gunung Marapi meletus, lalu abunya beterbangan. Sesuai arah angin.
Abu itu kemudian menutupi areal pertanian, lapangan terbuka, atap rumah, kendaraan yang sedang parkir, dan hinggap di pohon-pohon. Ituah yang banyak orang menyebutnya sebagai kepundan.
![]() |
Mobil ini dipenuhi abu vulkanik, bukan kepundan.(*) |
Ketika sebuah mobil yang berlumuran abu vulkanik, dibawa ke empat pencucian. Orang di situ menyebutnya mobil itu dipenuhi kepundan, lalu kemudian ditanyakan, dimana terkena kepundan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepundan artinya kawah gunung api. Arti lainnya, menurut kamus itu, adalah lubang.
Sedangkan wikipedia.org menjelaskan, kepundan atau kawah gunung api biasanya berbentuk cekungan lingkaran, yang merupakan hasil dari lubang angin, di mana magma keluar dalam bentuk gas, lava, atau ejecta.
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan, dimensi dan kedalaman kepundan bisa mencapai ukuran yang sangat besar. Dalam beberapa jenis letusan klimaks, kantung magma bisa kosong, yang mengakibatkan area di sekitar kepundan runtuh ke bawah, membentuk sebuah kaldera.
Kepundan biasanya terletak di puncak gunung api, yang terbentuk dari endapan vulkanik seperti aliran lava dan tefrit.
Gunung api yang berbentuk kerucut, seringkali memiliki kepundan di puncaknya atau disebut sebagai kepundan utama.
Namun, tidak jarang juga, kepundan ditemukan di lereng gunung berapi, yang dikenal sebagai kepundan samping. Beberapa di antaranya bahkan terisi air dari hujan atau lelehan salju, membentuk sebuah danau kawah yang menakjubkan.
KEPUNDAN MARAPI
Sebuah penelitian terbaru, yang dilakukan berdasarkan peta geologi Gunung Marapi, mengungkap serangkaian produk dan struktur yang memukau.
Gunung Marapi, salah satu gunung api aktif di Indonesia, ternyata memiliki sejumlah sumber dan fenomena geologi yang menarik untuk dipelajari.
Menurut penelitian tersebut, sebagaimana termuat dalam Dokumen Renkon Gunung Api di Sumbara, Gunung Marapi menghasilkan berbagai produk vulkanik, termasuk aliran lava, aliran piroklastik (awan panas) yang dihasilkan dari guguran lava, serta batuan jatuhan piroklastik yang dominan.
Secara stratigrafi, Gunung Marapi terdiri dari enam sumber, termasuk empat pusat dan dua samping. Pusat-pusat tersebut meliputi Kawah Bancah, Kawah Tuo, Kebun Bungo, dan Kawah Bongsu, sementara sampingnya adalah Kerucut Sikumpar dan Maar Kayutanduk.
Struktur geologis yang ditemukan di Gunung Marapi juga mencakup Sesar Besar Sumatra (Sesar Semangko), Sesar Normal, Sesar Oblique, dan gawir-gawir sesar yang membentuk perbukitan curam dan terjal.
Dalam sejarahnya, pertumbuhan Gunung Marapi melalui beberapa tahapan yang menarik. Tahapan tersebut dimulai dengan pembentukan tubuh Gunung Marapi tua, yang dibangun oleh satuan batuan yang terpusat di Kawah Buncah.
Fase berikutnya, melibatkan perpindahan titik pusat dan pembentukan Kerucut Sikumpar. Fase-fase selanjutnya mencakup pembentukan Kawah Tuo, kompleks kawah Kebun Bungo, hingga pembentukan Maar Kayu Tanduk.
Penemuan ini memberikan pemahaman yang lebih baik, tentang evolusi geologi Gunung Marapi dan proses pembentukan yang kompleks.
Dengan demikian, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam, tentang dinamika geologi gunung api aktif.(MUSRIADI MUSANIF, dari berbagai sumber)
0 Komentar