Tatkala Barang Bekas Menjadi Fashion Berkelas



PADANG PANJANG, kiprahkita.com - Semua mata tertuju pada anak-anak sekolah di Padang Panjang, ketika mereka sukses mengubah barang bekas menjadi fashion berkelas. 

Dari jenjang TK, SD, SLTP, hingga SLTA, mereka tampil memukau dalam Festival Merah Putih yang diselenggarakan pada Rabu (14/8/2024) di depan Kantor Cabang Utama BRI, Jalan Sudirman. 

Acara ini merupakan bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia (HUT RI).

Anak-anak ini berjalan dengan penuh percaya diri di atas red carpet, mengenakan busana yang terbuat dari berbagai bahan daur ulang. 

Di antaranya, plastik sisa laundry, koran bekas dengan gambar politisi, bungkus minuman kekinian seperti teh tarik dan kopi sachet, kardus bekas, kantong kresek, bahkan karung bekas beras. 

Sebenarnya, bahan-bahan ini adalah limbah yang umumnya sudah teronggok di tempat sampah. Namun, bagi 230 peserta lomba busana dari bahan bekas ini, limbah-limbah tersebut diolah menjadi pakaian yang keren dan modis, layak dipamerkan di hadapan masyarakat luas.

Kreativitas menjadi kunci dari keberhasilan para desainer muda ini. Mereka berhasil mengubah barang-barang yang tampak tidak berguna menjadi busana yang menarik perhatian. 

Beberapa peserta tampil dengan baju princess dari plastik merah putih, kostum Raja Burung Garuda dari kardus bekas, hingga tokoh-tokoh seperti Batman, Robocop, dan Raja Matahari dalam bentuk gaun pesta.

Dalam lomba ini, dewan juri menilai berdasarkan empat aspek utama: nilai dan manfaat dari daur ulang, keserasian make-up dengan tema busana, inovasi dan kreativitas, serta penguasaan panggung dan ekspresi. 

Semua aspek ini menjadi penentu dalam menentukan juara dari lomba unik ini.

Acara ini disaksikan oleh Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Kota Winarno, bersama Forkopimda, instansi vertikal, staf ahli, asisten, Pj Ketua TP PKK Kota Sri Hidayani Sonny, Pj Ketua Dharma Wanita Persatuan Fitriyana Winarno, , kepala OPD, kepala sekolah dan jajaran guru, serta ratusan siswa dan masyarakat.

Dari total 230 peserta, 65 di antaranya berasal dari Taman Kanak-Kanak, 105 siswa dari tingkat SD, 43 siswa dari SLTP, dan 17 siswa dari SLTA. 

Semua peserta ini berhasil membuktikan bahwa kreativitas tidak memiliki batas, bahkan ketika berkarya dengan bahan-bahan yang biasanya dianggap sebagai sampah. (Yuli Guslinda/kominfo pdp)

Posting Komentar

0 Komentar