Sekolah Taman Gemas

  • Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd. 
  • Dosen Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta

OPINI, kiprahkita.com - Hari ini banyak guru berkeluh kesah, kebanyakan jam mengajar, kelas kosong ditinggal oleh guru, yang tengah bertugas menjadi guru penggerak merdeka belajar. 

Kurikulum merdeka belajar, tantangan tersendiri kepada pendidik untuk mengimplementasikannya pada satuan pendidikan. 

Pembelajaran dituntut menyenangkan dan menantang siswa berpikir kritis, memberikan bentuk pembiasaan yang menjadi jalan terbangunnya karakter pada diri siswa, serta terwujudnya komunitas pembelajaran yang bahagia, nyaman, dan mengesankan. 

Sekolah layaknya taman bermain bagi siswa, untuk mengejar mimpi mengasah asa menggapai cita. 

Permasalahan yang ditemui di lapangan, para guru belum banyak memiliki visi dan persepsi dalam perwujudan kurikulum merdeka, sehingga para guru penggerak bertugas ekstra, untuk memberikan pemahaman dan penyamaan visi serta persepsi kepada guru-guru yang belum termasuk guru penggerak.

Akibatnya, sekolah yang menjadi tempat tugas guru penggerak, juga tertinggal tidak mempunyai guru yang bertugas di kelasnya. 

Inilah buah simalakama dalam implementasi dan sosialisasi kurikulum merdeka di lapangan.

Guru memang semenjak belajar sampai menjadi guru, diproduksi oleh pembelajaran yang transformasional, pemindahan kompetensi dari guru kepada siswa, berbasis buku paket pembelajaran. 

Guru terbiasa dengan pembelajaran dengan mengandalkan buku paket pembelajaran dan Lembaran Kegiatan Siswa (LKS). 

Media yang demikian itu dijual kepada siswa oleh penerbit, sang guru dan kepala sekolah diduga mendapatkan rabat, alias uang kerajinan dari penerbit dengan nominal yang lumayan untuk dibawa ke warung kopi. 

Tantangan untuk memberikan pembelajaran yang berbasis kepada peningkatan berpikir kritis, menajamkan nalar logis siswa, mengembangkan kreatifitas, menugaskan literasi dan membiasakan diri dalam kebaikan tertentu, yang berbentuk pengembangakan karakter diri dan karakter sosial, agak sulit bagi guru tertentu, karena sudah terbiasa pembelajaran dengan buku teks pembelajaran yang sudah dibaca sebelum mengajar, alias ilmu tua semalam. 

Belum lagi tugas bagi guru untuk mengisi berbagai aplikasi, sistem informasi digital yang diberikan oleh kementerian melalui dinas setempat kepada guru. 

Guru yang sudah tidak terbiasa dengan digitalisasi, ditantang untuk berkreasi, ditugaskan untuk mengisi aplikasi, sehingga banyak diantara guru yang ingin pensiun dini, kecuali bagi para guru milenial, yang sudah terbiasa dengan dunia digital, dan sudah tertantang dengan kreatifitas dan berpikir kritis, kebijakan ini terntu hal yang sangat menarik dan menantang. 

Insya Allah tanggal 20 Oktober 2024 ini, Presiden Prabowo Subianto  dihasilkan oleh Pilpres 2024 dan telah membentuk kabinet akan melaksanakan tugas mulia, mempersiapkan generasi emas (gemas). Sekolah akan dapat dijadikan sebagai taman gemas.

Kebijakan makan siang gratis dan bergizi akan sangat strategis menciptakan sekolah sebagai rumah utama anak, menjadi taman bermain, taman mengejar mimpi, menggapai asa, mendapatkan cita dan cinta. 

Sekolah merupakan sorganya pendidik dan pembelajar. Di sekolah pendidik bekerja meluapkan segala energinya, untuk bakti terhadap nusa dan bangsa menciptakan generasi emas, generasi penerus yang akan mencapai puncak potensi dan kematangan pada tahun 2045.

Pada tahun tersebut bangsa Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya, pada moment ini diharapkan bangsa Indonesia telah menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, produktif, dan kompetitif di masa depan, dengan tujuan menjadikan Indonesia negara maju. 

Generasi Emas itu; pertama, cerdas secara intelektual, dengan kemampuan berpikir kritis, analitis, serta menguasai teknologi dan informasi. Hal inilah yang harus dikembangkan dengan pembelajaran dengan penerapan kurikulum merdeka. 

Kedua, sehat secara fisik dan mental, yang berarti memiliki akses yang baik terhadap layanan kesehatan dan gaya hidup yang sehat. 

Dengan gizi yang cukup mungkin lebih akan dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental siswa, disinilah urgensi program makan siang gratis dan bergizi yang dikembangkan oleh presiden kita yang berpikir maju, bertekad kuat untuk kemajuan anak bangsa. 

Ketiga, berkarakter kuat, dengan nilai-nilai moral, etika, kebangsaan, dan integritas. Anak bangsa adalah anak-anak yang cinta dengan bangsanya, berpikir kontributif terhadap bangsa, setiap anak bangsa memikirkan konstribusi dan partisisipasi diri untuk kemajuan bangsa, bukan malah sebaliknya berpikir mendapatkan sesuatu dari bangsa. 

Pimpinan yang berpikir tentang sesuatu yang akan didapatkan dari bangsa menghasilkan koruptor, hal ini pribadi yang tidak berkarakter, pribadi pecundang dan bermoral rendahan. 

Keempat, berdaya saing global, yang mampu bersaing di pasar internasional dengan keterampilan dan keahlian yang relevan dengan tuntutan zaman. Generasi ke depan hidup sesuai dengan zamannya, sehingga pendidikan perlu mengakomodasi dan beradaptasi dengan tantangan yang akan dihadapi anak bangsa. 

Kehidupan ke depan adalah kehidupan mondial, satu bangsa dengan bangsa lain tidak terpisahkan dalam interaksi dan pergaulan serta kebutuhan, sehingga bangsa Indonesia harus mampu bersaing dengan pasar global.

Dalam konsepsi ini, pendidikan memainkan peran utama. Sekolah perlu dijadikan sebagai tamah, wahana, rumah bermain, dan tempat yang menyenangkan bagi siswa, dapat disebutkan sebagai taman generasi emas (gemas), untuk persiapan penguatan diri anak dan generasi kita ke depan. 

Penguatan kurikulum, peningkatan akses pendidikan berkualitas, dan pengembangan sistem pembelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21 (critical thinking, creativity, communication, collaboration) menjadi dasar penting dan sebuah keniscayaan yang harus dikemas oleh pembantu presiden ke depan. 

Selamat bertugas dan dapat mengembangkan sekolah sebagai taman bagi kelahiran generasi emas untuk tahun 2045.***

Posting Komentar

1 Komentar