BUKITTINGGI, kiprahkita.com - Badan Geologi Kementerian ESDM, menurunkan tingkat aktivitas Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, dari Siaga (Level III) ke Waspada (Level II), terhitung mulai Ahad, 1 Desember 2024, pukul 15.00 WIB.
"Setelah melakukan analisis dan evaluasi menyeluruh, tingkat aktivitas Gunung Marapi diturunkan ke Level II (Waspada) dengan rekomendasi yang disesuaikan berdasarkan potensi dan ancaman bahaya terkini," jelas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid, dalam pernyataan resminya.
Menurut dokumen resmi bernomor 228.Lap/GL.03/BGL/2024, Gunung Marapi yang memiliki ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl), dikenal memiliki karakter erupsi eksplosif dan efusif.
Sejak tahun 1987, aktivitas erupsinya bersifat eksplosif dan berpusat di Kawah Verbeek.
Letusan terakhir tercatat pada 29 November 2024, setelah rangkaian erupsi non-kontinu yang dimulai sejak letusan utama pada 3 Desember 2023.
Pada erupsi utama Desember 2023, kolom abu mencapai ketinggian 3.000 meter di atas puncak (5.891 mdpl), disertai aliran piroklastik sejauh 3 km ke arah barat laut.
Setelah itu, aktivitas erupsi berfluktuasi hingga November 2024, yang menyebabkan kenaikan status ke Level III (Siaga) pada 6 November 2024.
Berdasarkan evaluasi terbaru, aktivitas vulkanik Gunung Marapi menunjukkan tren menurun dalam satu minggu terakhir. Potensi letusan tetap ada, tetapi kecil kemungkinan akan terjadi letusan besar seperti pada Desember 2023.
Letusan kecil dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai pelepasan energi, dengan potensi bahaya berupa lontaran material letusan di radius 3 km dari Kawah Verbeek.
Selain itu, ancaman lainnya meliputi:
- Abu vulkanik yang dapat mengganggu pernapasan dan penerbangan.
- Lahar yang berpotensi mengalir di lembah dan sungai yang berhulu di puncak.
- Gas vulkanik beracun seperti CO2, CO, SO2, dan H2S di area kawah/puncak.
Badan Geologi mengimbau masyarakat dan pendaki untuk tidak memasuki radius 3 km dari kawah guna menghindari potensi bahaya.
Warga juga diminta tetap waspada terhadap aliran lahar yang dapat terjadi terutama di musim hujan.
Langkah mitigasi ini diharapkan dapat meminimalkan risiko bencana vulkanik, di sekitar kawasan Gunung Marapi, yang menjadi salah satu gunung api aktif di Sumatra Barat.(mus)
0 Komentar