Sumatera Barat dan Jalan Terang Data Pendidikan
SUMBAR, kiprahkita.com –Di tengah pusaran kompleksitas sistem pendidikan nasional, Sumatera Barat kembali menorehkan tinta emas—kali ini bukan soal indeks prestasi akademik tertinggi, bukan pula soal capaian infrastruktur megah. Yang diraih justru jauh lebih mendasar namun sangat strategis: Penghargaan sebagai Provinsi dengan Residu Data Pendidikan Terendah di Indonesia.
Penghargaan itu dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI. Penghargaan ini bukan sekadar piagam, tetapi pengakuan terhadap keberhasilan membangun ekosistem pendidikan yang berbasis pada keakuratan dan integritas data.
![]() |
Salah satu sekolah di Sumbar SMAN 3 Padang Panjang |
Dalam dunia yang semakin dituntut untuk cepat dan tepat ini, data bersih bukan lagi pelengkap, melainkan fondasi utama. Residu data pendidikan—entah itu sekolah yang tak tercatat, murid fiktif, atau pendidik ganda—adalah kendala laten dalam perumusan kebijakan.
Ketika Sumbar mencatat residu data terendah secara nasional, itu artinya sistem pendidikan di provinsi ini telah berjalan di atas rel yang disiplin, rapi, dan terarah. Kemenangan ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap hal-hal yang “terlihat kecil” justru menghasilkan perubahan besar.
Gubernur Mahyeldi Ansharullah secara bijak menempatkan capaian ini dalam konteks “kerja sistemik dan kolaboratif.”
Ia memahami bahwa keberhasilan ini bukan hanya hasil kerja kantor gubernur atau satu dinas semata, melainkan buah dari sinergi seluruh elemen: mulai dari Kepala Dinas Pendidikan, pengawas, kepala sekolah, hingga para operator Dapodik yang bekerja dalam diam tapi berdampak luar biasa.
Inilah bukti bahwa transformasi pendidikan tidak selalu datang dari revolusi kurikulum—kadang, ia dimulai dari spreadsheet yang diisi dengan jujur.
![]() |
Gubernur Sumbar Menyampaikan Rasa Syukur Sumbar Menerima Penghargaan Pendidikan |
Lebih dari sekadar kebanggaan administratif, capaian ini memperkuat misi Sumbar dalam menggerakkan ‘Gerak Cepat Sumbar Unggul’ salah satu program unggulan Mahyeldi-Vasko. Dalam konteks ini, data bukan sekadar angka—melainkan senjata untuk mewujudkan keadilan pendidikan.
Data yang valid mempercepat pengambilan keputusan, memperkecil celah kesalahan alokasi, dan membuka jalan untuk kebijakan yang berpihak pada murid, guru, dan masa depan daerah.
Residu data pendidikan adalah sisa atau ketidaksesuaian data dalam sistem pendidikan yang belum dibersihkan atau diverifikasi—misalnya data sekolah yang tidak aktif tapi masih tercatat, siswa yang sudah pindah atau lulus tapi belum dihapus dari data sekolah hingga guru atau tenaga kependidikan yang datanya ganda atau tidak valid.
Semakin rendah residu berarti semakin akurat, bersih, dan terpercaya data yang dimiliki satu sekolah di daerah sehingga jadi dasar kuat untuk perencanaan dan kebijakan pendidikan yang tepat sasaran.
Barlius, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar, menegaskan bahwa pencapaian ini adalah hasil dari pelatihan berkelanjutan dan sinergi lintas sektor. Ia menyebut bahwa pembaruan data secara rutin lewat Dapodik menjadi kunci utama.
Langkah ini bukan hanya teknis, tapi transformatif—karena sekolah yang terdata dengan baik akan menjadi lebih mudah mendapat perhatian, program, dan pengembangan.
Kini, Sumbar berdiri sebagai daerah percontohan nasional dalam manajemen data pendidikan. Ini bukan klaim kosong karena penghargaan yang diberikan tertuang dalam piagam resmi bernomor 9912/MDM.A/PN.04/2025 dan ditandatangani langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Abdul Mu’ti, M.Ed.
Artinya, langkah-langkah yang dilakukan Sumbar telah terukur, teruji, dan diakui secara formal.
Dalam suasana pendidikan nasional yang seringkali diselimuti problem teknis dan data fiktif, Sumatera Barat hadir sebagai oase. Prestasi ini tidak hanya harus dirayakan, tetapi juga dijadikan batu loncatan. Karena pendidikan yang baik bukan hanya soal kurikulum dan guru, tapi juga tentang sistem yang bersih, data yang jujur, dan kepemimpinan yang tidak bermain angka.
Penghargaan ini bukan garis akhir, tapi tanda bahwa Sumbar sedang berada di jalan yang tepat. Sebuah jalan terang menuju masa depan pendidikan yang unggul, adil, dan akuntabel—bukan hanya untuk provinsi itu sendiri, tapi juga sebagai contoh nasional yang layak ditiru. Pendidikan Sumbar baik maka baik pula Pendidikan Indonesia. (Yus MM/BS*)
0 Komentar