Ustaz Muhammad Jazir ASP, Takmir Masjid Jogokariyan, Wafat di Usia 63Tahun
Kabar duka datang dari Yogyakarta. Ustaz Muhammad Jazir ASP, takmir Masjid Jogokariyan yang dikenal sebagai pelopor manajemen masjid modern di Indonesia, meninggal dunia pada Senin, 22 Desember 2025, pukul 03.00 WIB di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Kabar wafatnya Ustaz Jazir disampaikan secara resmi melalui akun Instagram @masjidjogokariyan. Dalam unggahannya, pihak Masjid Jogokariyan menyampaikan duka mendalam atas kepergian sosok yang selama ini menjadi penggerak utama pengelolaan masjid tersebut.
“Beliau adalah arsitek perjuangan Masjid Jogokariyan, yang alhamdulillah menjadi rujukan manajemen masjid di Indonesia dan Asia,” tulis keterangan akun tersebut.
Ustaz Muhammad Jazir, yang akrab disapa Ustaz Jazir, dikenal luas sebagai figur sentral di balik transformasi Masjid Jogokariyan. Di bawah peran dan kepemimpinannya, masjid yang awalnya berangkat dari sebuah langgar kecil berkembang menjadi pusat dakwah, sosial, dan pemberdayaan umat yang inovatif dan berpengaruh.
Sebagai informasi, Masjid Jogokariyan dibangun pada tahun 1966 dan resmi digunakan untuk salat Jumat pertama pada 20 Agustus 1967. Seiring waktu, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi model pengelolaan masjid berbasis pelayanan jamaah, kemandirian ekonomi, serta keterlibatan sosial masyarakat. Gagasan dan gerakan dakwah Masjid Jogokariyan bahkan menjadi rujukan bagi banyak masjid di Indonesia hingga Asia.
Ucapan belasungkawa juga datang dari berbagai kalangan, termasuk pendakwah Ustaz Faizar. Melalui akun Instagram @muhammad.faizar, ia menyampaikan doa untuk almarhum.
“Ya Allah, ampunilah beliau. Lapangkan kuburnya sebagaimana Engkau melapangkan rahmat-Mu. Terangi tempat peristirahatannya dengan cahaya keimanannya selama hidup,” tulisnya.
Kepergian Ustaz Muhammad Jazir meninggalkan duka mendalam bagi umat Islam, khususnya jamaah Masjid Jogokariyan dan para penggiat dakwah masjid di seluruh Indonesia. Dedikasi, keteladanan, serta gagasan-gagasannya dalam memakmurkan masjid diharapkan terus hidup dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah almarhum, mengampuni dosa-dosanya, dan menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.
Sekilas Kiprah Beliau dalam Menegakkan Panji Islam
Ustaz Muhammad Jazir ASP merupakan sosok sentral di balik kemajuan Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang dikenal luas hingga tingkat nasional dan Asia. Ia bukan hanya seorang dai, tetapi juga pemikir dan penggerak manajemen masjid modern yang berpihak pada kebutuhan jamaah dan umat.
Ia lahir di Yogyakarta pada 28 Oktober 1962 dan tumbuh dalam lingkungan religius yang dekat dengan aktivitas masjid. Sejak muda, kecintaannya pada masjid dan dakwah telah terlihat, mengikuti jejak keluarganya yang juga aktif dalam kegiatan keislaman dan kemasyarakatan.
Dalam bidang pendidikan, Ustaz Jazir memiliki latar belakang akademik yang kuat. Ia menempuh pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta serta Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII). Perpaduan ilmu agama dan hukum inilah yang membentuk cara pandangnya yang luas, sistematis, dan solutif dalam berdakwah.
Peran terbesarnya terlihat di Masjid Jogokariyan, tempat ia mengabdikan hidupnya. Di bawah bimbingan dan pemikirannya, masjid yang awalnya berangkat dari langgar kecil berkembang menjadi pusat ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi umat yang aktif dan hidup sepanjang waktu.
Masjid Jogokariyan sendiri dibangun pada 1966 dan pertama kali digunakan untuk salat Jumat pada 20 Agustus 1967. Melalui tangan Ustaz Jazir, masjid ini menjelma menjadi rujukan nasional dalam pengelolaan masjid berbasis jamaah, transparansi, dan pelayanan umat yang nyata.
Ustaz Jazir dikenal luas dengan gagasannya bahwa masjid harus menjadi pusat peradaban umat, bukan hanya tempat ritual ibadah. Program-program seperti pemberdayaan ekonomi jamaah, pelayanan sosial, pendidikan Al-Qur’an, hingga manajemen keuangan yang terbuka menjadi ciri khas Masjid Jogokariyan.
Selain aktif di masjid, ia juga terlibat dalam berbagai lembaga dan forum keislaman. Di antaranya sebagai Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, aktif di lingkungan MUI DIY, serta terlibat dalam berbagai forum pendidikan dan dakwah yang berorientasi pada penguatan umat dan keluarga.
Pada Senin, 22 Desember 2025, Ustaz Muhammad Jazir ASP wafat pada pukul 03.00 WIB di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kabar duka ini disampaikan secara resmi melalui akun Instagram @masjidjogokariyan dan langsung menyentuh hati banyak jamaah serta penggiat dakwah di seluruh Indonesia.
Ucapan belasungkawa mengalir dari berbagai tokoh dan masyarakat. Salah satunya dari pendakwah Ustaz Faizar, yang mendoakan agar Allah mengampuni dosa-dosa almarhum, melapangkan kuburnya, dan menerangi tempat peristirahatannya dengan cahaya iman yang telah ia jaga sepanjang hidup.
Kepergian Ustaz Muhammad Jazir ASP meninggalkan duka mendalam sekaligus warisan besar. Pemikiran, keteladanan, dan dedikasinya akan terus hidup melalui Masjid Jogokariyan dan ribuan masjid lain yang terinspirasi olehnya. Ia telah membuktikan bahwa masjid yang dimakmurkan dengan ikhlas dapat menjadi pusat kebangkitan umat.
Indahnya Wafat, Buah dari Hidup yang Dijaga
Kisah tentang Ustadz Jazir yang wafat dengan penuh ketenangan menyisakan tanya di hati banyak orang. Bagaimana mungkin seseorang masih mampu mengabarkan indahnya sakaratul maut, sementara dalam banyak riwayat kematian digambarkan sebagai peristiwa yang amat berat dan menyakitkan? Apa amalan yang ia bawa, hingga detik-detik terakhir hidupnya justru dipenuhi ketenteraman dan harapan akan akhirat?
Nama lengkap dan riwayat hidupnya mungkin tidak pernah tercatat secara resmi. Namun justru di situlah letak hikmahnya. Dalam Islam, kemuliaan seorang hamba tidak selalu diabadikan oleh manusia, tetapi dicatat sempurna oleh Allah. Banyak orang saleh yang hidupnya sunyi dari sorotan, namun akhir hidupnya bercahaya karena keikhlasan dan ketulusan yang mereka jaga.
Sakaratul maut memang adalah kepastian bagi setiap jiwa. Namun Al-Qur’an dan hadits menunjukkan bahwa keadaan sakaratul maut tidaklah sama bagi semua orang. Bagi hamba yang beriman dan istiqamah, Allah utus malaikat untuk menenangkan mereka, menghapus rasa takut, dan memberi kabar gembira tentang surga. Ketika dunia ditinggalkan, hati mereka justru dipenuhi rindu kepada perjumpaan dengan Rabb-nya.
Kematian yang indah bukanlah tentang di mana seseorang wafat, apakah di medan perang atau di atas tempat tidur. Kematian yang mulia adalah ketika seseorang menghadap Allah dengan hati yang bersih, iman yang terjaga, dan amal yang diterima. Syahid memang memiliki kemuliaan besar, namun husnul khatimah adalah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki—tanpa melihat popularitas atau kedudukan.
Sering kali, amalan yang paling menentukan akhir hidup seseorang adalah amalan yang tidak terlihat manusia. Shalat malam yang dilakukan saat semua tertidur, sedekah yang diberikan tanpa diketahui siapa pun, kesabaran dalam menghadapi luka dari manusia, menebar ilmu yang bermanfaat atas kemasylahatan manusia lain, serta lisan yang dijaga dari menyakiti. Semua itu mungkin tampak kecil, namun berat timbangannya di sisi Allah.
Kisah Ustadz Jazir—siapa pun beliau sebenarnya—mengajarkan bahwa hidup ini bukan tentang bagaimana kita dikenal, tetapi bagaimana kita dikenang oleh langit. Bahwa tujuan hidup seorang mukmin bukanlah panjang umur, melainkan akhir yang baik. Kematian bukan akhir segalanya, melainkan awal dari perjalanan yang sesungguhnya.
Maka pantaslah jika doa yang selalu kita panjatkan adalah:
Allahumma inni as’aluka husnal khatimah,
wa a‘udzu bika min su’il khatimah.
Ya Allah kami bermohon kepadaMu akan keselamatan Agama Islam kami, Keselamatan Bumi tempat kami hidup dan beribadah, kesehatan tubuh kami, keberkahan rezki kami, keberkahan ilmu kami, diberi kesempatan bertaubat sebelum kematian kami, diberi kesempatan melunasi hutang-hutang kami sebelum kematian kami, dirahmati husnul khatimah saat kematian kami, diberi ampunan sesudah kematian kami, jadikanlah kematian kami sebagai akhir dari penderitaan kami baik di dunia maupun di akhirat karena kematian adalah pintu rahmat terbesarMu bagi kami untuk berjumpa denganMu.
Karena sejatinya, tidak ada yang lebih patut kita takuti selain akhir hidup yang buruk, dan tidak ada yang lebih patut kita harapkan selain pulang kepada Allah dengan gembira atas ridha-Nya.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang dimuliakan di akhir usia, ditenangkan saat sakaratul maut, dan dikumpulkan bersama orang-orang saleh. Aamiin YRA. (Tirto.id/AR/BS)*
.webp)
0 Komentar