![]() |
Najmuddin Muhammad Rasul saat jadi narasumber pendidikan politik mahasiswa KKN Unand di Nagari Guguak Malalo.(musriadi musanif) |
MALALO, kiprahkita.com - Potensi pemilih milenial cukup besar, baik dalam skala nasional maupun lokal. Ini adalah 'tambang suara' peserta pemilihan umum (pemilu), bila dapat dikelola dengan baik.
Secara nasional, pemilih berusia muda berada pada kisaran angka 187 juta orang, sedangkan dalam skala Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, angkanya mencapai 142 ribu orang.
"Pemilih milenial itu partisipasi politiknya memang terbilang rendah, tetapi mereka sangat aktif di media-media menggunakan gadget. Sukanya informasi bersifat entertain. Bila ini bisa dikelola dengan baik, maka potensi suara mereka sebagai pemilih sangat besar," kata Dosen Komunikasi Politik Universitas Andalas Najmuddin M. Rasul, Ph.D. kemarin, di Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar.
Akademisi asal Nagari Guguak Malalo mengatakan hal itu, saat tampil jadi narasumber Seminar Pendidikan Politik, dilaksanakan mahasiswa Unand yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pantai barat Danau Singkarak itu, bekerjasama dengan Pemerintahan Nagari Guguak Malalo, dan didukung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tanah Datar.
Najmuddin mengelompokkan pemilih milenial itu ke dalam dua klasifikasi, yakni pemilih pemula yang berada pada rentang usia 17-21 tahun dan pemilih muda yang umumnya adalah usia 22 hingga 40 tahun.
"Caleg dan partai politik peserta pemilu memang harus jelimet dalam melakukan sosialisasi. Bila ingin menambang suara dari pemilih milenial, maka pilihan medianya adalah media baru, meliputi media sosial dan media massa online, kendati ada juga yang suka dengan media mainstream," ujarnya.
Sedangkan pemilih senior yang umumnya berusia di atas 40 tahun, kendati banyak juga yang aktif di medsos dan online, terapi mereka umumnya adalah pengguna aktif media mainstream seperti surat kabar, radio, dan televisi.
Berdasarkan penelitian, kajian, dan survey-survey, Najmuddin menyebut, pemilih milenial itu ada sekitar 51,93 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT), sementara pemilih senior berada pada angka 48,07 persen.
Najmuddin yang juga merupakan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN Unand mengkhawatirkan, bila partai politik dan semua elemen terkait pemilu gagal melakukan sosialisasi, maka tidak menutup kemungkinan, tren penurunan angka partisipasi pemilih akan terus menurun pada 2024 ini, melanjutkan angka fluktuasi pemilih pada pemilu-pemilu sebelumnya setelah reformasi.
"Partisipasi pemilih atau keterlibatan warga dalam pemilu adalah jantung demokrasi. Partisipasi rendah adalah ancaman demokrasi. Rata-rata negara demokrasi baru di dunia, angka partisipasi itu masih sangat rendah," ujarnya.
Rendahnya partisipasi pemilih milenial, diakui Komisioner KPU Tanah Datar Ikhwan Arif. "Banyak yang apatis, buta politik, dan tak mau tahu. Tren partisipasi milenial cenderung rendah" sebutnya.
Seiring dengan semakin beragamnya media untuk melakukan sosialisasi, ujarnya, maka Pemilu 2024 ini menjadi momen penting dalam meningkatkan partisipasi pemilih milenial itu.(mus)
0 Komentar