BATUSANGKAR, kiprahkita.com -- Alek Pacu Jawi di Nagari III Koto Padangluar, Kecamatan Rambatan, berakhir pada Sabtu (13/5), setelah secara resmi ditutup Wakil Bupati Tanah Datar Richi Aprian.
BACA JUGA
- Pemenang itu Adalah Sapi Pemimpin
- Perpaduan Arsitektur Minang, Eropa, dan Asia di Masjid Rao-Rao
- Iven Berbasis Religi Digelar di Pagaruyuang
Selama tiga pekan, pacu jawi berlangsung meriah di Sawah Gadang Tarantang Sayang Padang Luar. Iven itu, menurut wabup, merupakan usaha positif dalam rangka melestarikan tradisi masyarakat yang sudah diwariskan turun-temurun,.
“Ini adalah bentuk pelestarian adat budaya Luhak Nan Tuo. Pacu jawi selaku perhelatan tertua di Tanah Datar, terbukti mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat,” ujarnya saat memberi sambutan, sebagaimana dirilis Bagian Prokopim Setdakab Tanah Datar, diakses dan dikutip pada Ahad (14/5) pagi.
Richi berharap, dalam upaya melestarikan warisan budaya yang hanya ada di Kecamatan Pariangan, Rambatan, Lima Kaum, dn Sungai Tarab itu, dukungan masyarakat sangat dibutuhkan. Dengan digelarnya event pacu jawi saat ini, ujarnya, maka banyak wisatawan yang datang berkunjung, termasuk wisatawan mancanegara.
Kalau sudah banyak wisatawan yang berkunjung, baik domestik maupun mancanegara, tegasnya, maka sudah dapat dipastikan akan berdampak positif terhadap usaha masyarakat, khususnya yang bergerak di sektor kepariwisataan, termasuk usaha kuliner dan ekonomi kreatif.
Ketua Persatuan Olahraga Pacu Jawi (Porwi) Kabupaten Tanah Datar Aristo Dt. Indomo menjelaskan, pacu jawi memang terbukti berhasil mendukung program unggulan pemerintah daerah, khususnya di bidang kepariwisataan dan membangkit perekonomian masyarakat.
"Berbicara adat dan budaya melalui pagelaran Pacu Jawi, tidak pernah habisnya. Banyak makna yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu, sudah sepantasnya semua pihak bertanggung jawab melestarikannya," ujarnya.
Bagi Walinagari III Koto Padang Luar, Willy Adha, terselenggaranya alek pacu jawi di nagari itu, merupakan kebahagiaan tersendiri karena daerah yang dipimpinnya telah memiliki kontribusi dalam melestarikan adat budaya masyarakat Tanah Datar.
“Dampak ekonominya jelas. Karena itu, kita akan terus mengembangkan dan melestarikan tradisi ini. Ke depan, kita akan tingkatkan lagi perhelatan Pacu Jawi di Nagari III Koto. Maka dari itu, mohon dukungan seluruh pihak agar apa yang direncanakan dapat terwujud," ujarnya.
Fakta memang membuktikan, pacu jawi adalah olahraga ekslusif masyarakat di Luhak Nan Tuo. Kendati menjadi kebanggaan Kabupaten Tanah Datar, namun pacu jawi hanya ada di empat kecamatan, yakni Pariangan, Limo Kaum, Sungai Tarab, dan Rambatan.
Di kecamatan-kecamatan lain di Tanah Datar, olahraga tradisional itu tidak pernah dilaksanakan dan tidak pula menjadi tradisi masyarakat. Olahraga pacu jawi mulanya diselenggarakan masyarakat di Nagari Pariangan pada zaman dahulu kala. Kegiatan ini dilaksanakan setelah musim panen berlalu.
Nagari pelaksana biasanya mengundang nagari-nagari lain yang terdapat pada empat kecamatan tersebut. Nagari-nagari itu, spontan saja sudah tahu giliran mereka sebagai tuan rumah.
Sawah masyarakat yang menjadi gelanggang pacu, bisa langsung ditanami ketika alek pacu jawi selesai. Tak perlu lagi melakukan penggarapan khusus, karena sudah ‘lanyah’ oleh sapi-sapi yang berpacu di situ.
Selain sebagai ungkapan rasa syukur dan gembira setelah panen, pacu jawi juga dilaksanakan untuk berbagai alasan, diantaranya menjadi arena bertemu-temu dan membangun tali silaturahmi.
Gelanggang pacu jawi juga menjadi momen bagi muda mudi untuk saling berkenalan. Semacam usaha penjajakan awal. Bila tercapai kecocokan, mereka akan meneruskan perkenalan itu hingga ke jenjang rumah tangga.(musriadi musanif, diolah dari berbagai sumber)
0 Komentar