RAPI Padang Panjang dan DIKSAR Madrasah Siaga Bencana: Membangun Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana dari Sekolah
Salam RAPI 51 55!
PADANG PANJANG, kiprahkita.com –Dalam upaya memperkuat budaya tanggap bencana sejak dini, RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) Wilayah 06 Padang Panjang kembali menunjukkan komitmennya terhadap keselamatan masyarakat melalui kegiatan Diksar Madrasah Siaga Bencana yang digelar pada Selasa, 10 Juni 2025 kemarin.
![]() |
Kegiatan diksar madrasah siaga bencana di gedung M . Syafei diikuti oleh Pak Riko, Pak Donal dan Pak Hendra. Selasa, 10 Juni 2025 |
Kegiatan ini bukan hanya menjadi ajang pelatihan, melainkan juga langkah strategis untuk membumikan kesadaran mitigasi bencana dari lingkungan sekolah ke masyarakat luas. Sebagaimana kita ketahui, Padang Panjang berada di wilayah yang rawan terhadap berbagai bentuk bencana alam, seperti gempa bumi, longsor, dan banjir.
Oleh karena itu, upaya membentuk satuan pendidikan yang siaga terhadap bencana menjadi hal yang sangat urgen. Program ini diinisiasi dengan semangat gotong royong dan kesukarelawanan, dua nilai inti yang terus dijaga oleh RAPI sebagai organisasi komunikasi radio yang berfungsi bukan hanya saat darurat, tetapi juga dalam edukasi sosial kemasyarakatan.
Persiapan yang Matang, Kebersamaan yang Solid
Menjelang pelaksanaan kegiatan, jajaran pengurus dan anggota RAPI Padang Panjang telah berkumpul pada Senin, 9 Juni 2025 pukul 14.00 WIB di Sekretariat RAPI 06 untuk melakukan rapat koordinasi. Pertemuan ini bukan sekadar agenda rutin, tetapi momen untuk menyatukan langkah dan menyolidkan komitmen. Seperti yang disampaikan oleh rekan Nova Indra, bahwa kehadiran kita dalam rapat dan kegiatan ini adalah wujud dari kebesaran hati serta tanggung jawab moral sebagai relawan kemanusiaan.
Dengan suasana kekeluargaan dan profesionalitas khas RAPI, pertemuan ini menjadi wadah diskusi teknis sekaligus penyemangat sebelum pelaksanaan kegiatan. Terlihat jelas bahwa kesuksesan acara bukan hanya bertumpu pada peralatan dan protokol, tetapi juga pada kekompakan dan ketulusan para anggotanya.
Hari H: Menghidupkan Semangat Siaga Sejak Dini
Tepat pukul 08.00 WIB keesokan harinya, kegiatan pembukaan Diksar Madrasah Siaga Bencana dimulai. Acara ini dihadiri oleh para pengurus dan anggota RAPI Wilayah 06, guru-guru madrasah seperti MTsN Padang Panjang, serta para siswa yang menjadi peserta utama pelatihan.
Melalui sambutan pembukaan, disampaikan pentingnya kesiapsiagaan yang terstruktur dan terlatih dalam menghadapi kondisi darurat. Diklat dasar ini mencakup pengenalan jenis-jenis bencana, simulasi evakuasi, penggunaan alat komunikasi darurat, serta edukasi tentang bagaimana peran radio komunikasi menjadi penolong pertama dalam situasi darurat ketika jaringan komunikasi konvensional lumpuh.
Anak-anak madrasah tampak antusias mengikuti rangkaian kegiatan, mulai dari teori hingga simulasi lapangan. Bagi mereka, ini bukan hanya pelajaran baru, tetapi juga pengalaman tak terlupakan yang akan membekas dalam ingatan dan membentuk pola pikir tanggap terhadap keadaan darurat.
Refleksi: Dari Madrasah untuk Negeri
Apa yang dilakukan oleh RAPI Padang Panjang ini adalah bentuk nyata dari kolaborasi antara masyarakat sipil dengan institusi pendidikan dalam membangun ketangguhan bangsa. Sekolah dan madrasah sebagai tempat pendidikan dasar, tidak boleh hanya menjadi ruang belajar akademik, tetapi juga tempat membentuk karakter dan kesadaran sosial yang tinggi.
Diksar Madrasah Siaga Bencana menjadi bukti bahwa edukasi kebencanaan bukan hanya urusan pemerintah atau BNPB semata. Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini, RAPI sebagai organisasi komunikasi warga tampil sebagai penggerak yang menjembatani antara teknologi, kemanusiaan, dan pendidikan.
Budi Sufriadi Terpilih Jadi Ketua Gugus Madrasah Siaga Bencana Padang Panjang 2025–2030
Secara aklamasi, Budi Sufriadi, SH resmi ditetapkan sebagai Ketua Gugus Madrasah Siaga Bencana (GMSB) Kota Padang Panjang untuk periode 2025–2030. Penetapan ini berlangsung dalam kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) Madrasah Siaga Bencana yang digelar pada Selasa, 10 Juni 2025 kemarin.
Budi, yang sehari-hari mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di MAN 1 Padang Panjang, juga menjabat sebagai Wakil Kepala Bidang Sarana dan Prasarana. Ia menyebut bahwa terbentuknya GMSB menjadi langkah penting untuk membangun sistem komunikasi dan koordinasi dalam penanggulangan bencana di lingkungan madrasah.
“Dengan adanya GMSB, koordinasi antar madrasah, masyarakat, serta tim-tim pendukung seperti RAPI akan semakin terstruktur, terutama dalam situasi darurat. Ini akan sangat membantu dalam penyampaian informasi dan tindakan cepat di lapangan,” ujarnya kepada Warta Pendidikan.
Sebagai ketua terpilih, Budi menegaskan komitmennya untuk menjalankan amanah tersebut dengan penuh tanggung jawab.
“Kami akan terus membangun komunikasi yang sinergis bersama RAPI, tim GMSB, madrasah-madrasah lain, dan lembaga terkait demi terciptanya kesiapsiagaan yang maksimal terhadap bencana,” lanjutnya.
GMSB dibentuk sebagai bagian dari gerakan pengabdian untuk memberikan edukasi tentang mitigasi bencana, baik kepada siswa maupun tenaga pendidik di lingkungan madrasah. Budi menyebutkan, setelah pengukuhan resmi kepengurusan GMSB, program-program awal akan difokuskan pada pelatihan tanggap darurat untuk seluruh elemen madrasah, termasuk guru, karyawan, dan peserta didik.
“Terima kasih kami ucapkan kepada RAPI dan Kemenag Kota Padang Panjang atas kolaborasi dalam kegiatan sosialisasi ini. Pendidikan bukan hanya tentang ilmu dan akhlak, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman dari ancaman bencana,” tutup Budi.
Kegiatan Diksar Madrasah Siaga Bencana ini sendiri menjadi titik awal mewujudkan Satuan Pendidikan Aman Bencana, sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 33 Tahun 2019. Kehadiran GMSB diharapkan dapat menjadi ujung tombak kesiapsiagaan di madrasah-madrasah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Kota Padang Panjang.
![]() |
Budi Ketua GMSB terpilih 10 Juni 2025 |
Dengan semangat "Salam RAPI 51 55", semoga kegiatan ini tidak berhenti pada satu kali pelaksanaan, melainkan menjadi program berkelanjutan. Sebab, membangun kesiapsiagaan adalah proses panjang yang memerlukan latihan, pendidikan, dan tentu saja—komitmen.(Yus MM/*)
0 Komentar