![]() |
potretkit4,blogspot.com |
TANAH DATAR, kiprahkita.com - Pada tanggal 3 Desember 2023, Gunung Marapi, gunung berapi kompleks yang terletak di pulau Sumatra, Indonesia, mengalami erupsi hebat, menyemburkan abu setinggi 3.000 meter (9.800 kaki) ke udara.
Erupsi ini menyebarkan abu vulkanik yang cukup tebal ke kota-kota terdekat, seperti Bukittinggi dan Padang Panjang.
Insiden ini mengakibatkan tragedi bagi para pendaki yang tengah berada di lereng gunung, dengan korban tewas mencapai 24 orang dan sebelas orang lainnya mengalami luka-luka.
Per 9 Januari 2024, status Gunung Marapi dinaikkan dari level II (waspada) menjadi level III (siaga). Pihak berwenang mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di area radius 4,5 km dari pusat erupsi.
Letusan besar pada 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB ini, tercatat sebagai salah satu letusan signifikan dalam beberapa dekade terakhir di wilayah tersebut.
Pada hari pertama letusan, total 46 letusan dan 66 dentuman terdengar dari pos pengamatan gunung berapi. Erupsi besar lainnya terjadi pada 5 Desember 2023, dengan Gunung Marapi kembali menyemburkan abu yang menyebar hingga ke lereng bukit.
Aktivitas vulkanik berlanjut, dan pada tanggal 26 Mei 2024, Marapi kembali meletus, kali ini mengeluarkan abu panas setinggi 1 km dengan arah condong ke selatan.
Erupsi Marapi juga memicu terjadinya banjir lahar dingin. Pemukiman masyarakat di aliran sungai yang berhulu di Marapi, khususnya di Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang, tiba-tiba membawa lahar dan menghantam rumah-rumah warga.
Korban meninggal, hilang, dan luka-luka berjatuhan. Jalan nasional yang menghubungkan Padang Panjang-Padang di kawasan Lembah Anai terputus. Hingga kini, perbaikan alan itu masih belum tuntas.
Jalan nasional di kawasan Kelok Lubuak Antu di ruas Padang Panjang-Bukittinggi juga meluap dan terban. Beberapa waktu, jalan ini juga tidak bisa dilintasi.
Letusan berulang juga tercatat pada tanggal 21 Agustus 2024, meskipun tinggi kolom abu tidak terlihat karena tertutup awan.
Pada Rabu, 6 November 2024, Badan Geologi kembali meningkatkan Status Gunung Marapi ke level III atau Siaga.
Penaikan status ini menjadi pertanda, aktivitas vulkanik juga meningkat, sehingga menuntut kesiapsiagaan semua elemen masyarakat, khususnya di Kabupaten Agam, Tanah Datar, Kota Padang Panjang, dan Bukittinggi.
Erupsi Marapi kali ini menunjukkan, betapa pentingnya kesiapsiagaan menghadapi ancaman gunung berapi di Indonesia.
Dengan langkah mitigasi yang tepat, diharapkan dampak dari erupsi ini bisa diminimalisir, sehingga masyarakat dapat hidup dengan aman di wilayah yang rawan bencana.
IKON VULKANIK
Gunung Marapi, terletak di Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Provinsi Sumatera Barat, saat ini menjadi trending topic akibat erupsi yang terjadi beberapa hari terakhir.
Marapi memiliki tinggi 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan terkenal di kalangan masyarakat Minangkabau.
Gunung ini memiliki lima kawah utama, yaitu Kaldera Bancah, Kapundan Tuo, Kabun Bungo, Kapundan Bongso, dan Kawah Verbeek.
Puncak Marapi dapat dicapai melalui tiga jalur pendakian utama: Pariangan dari tenggara, Sungai Puar dari barat laut, dan Kotobaru dari selatan.
Karakter letusan Marapi bersifat eksplosif dan efusif dengan masa jeda rata-rata empat tahun. Letusannya tidak selalu terjadi di kawah yang sama, tetapi berpindah-pindah membentuk garis lurus dari Kawah Tuo hingga Kawah Bongsu.
Sejarah mencatat, Marapi mengalami beberapa fase pertumbuhan, mulai dari erupsi di Kawah Buncah yang membentuk tubuh gunung tua, hingga erupsi di Kawah Tuo yang menghasilkan letusan besar.
Pada fase berikutnya, terbentuklah kawah baru seperti Kebun Bungo, yang memiliki beberapa titik erupsi kecil, dan Kawah Bongsu serta Kawah Verbeek, yang menjadi pusat aktivitas saat ini.
Secara geologis, Marapi tersusun atas aliran lava, guguran piroklastik, dan batuan jatuhan piroklastik.
Struktur geologinya juga dipengaruhi oleh Sesar Besar Sumatra atau Sesar Semangko, yang membentuk perbukitan curam di sekitar gunung ini.
MITIGASI
Guna mencegah dampak negatif dari aktivitas vulkanik Marapi, PVMBG melakukan pemantauan visual dan seismik yang terus-menerus.
Pemantauan visual dilakukan dari Pos Pengamatan Gunung Marapi Bukittinggi, mengawasi tinggi, warna, dan arah asap letusan.
Selain itu, tiga unit seismometer dipasang di sekitar Marapi untuk mendeteksi aktivitas kegempaan.
Data seismik dikirimkan ke pos pengamatan di Bukittinggi, yang juga berfungsi sebagai pusat regional bagi gunung api di sekitarnya, termasuk Gunung Tandikat dan Gunung Talang.
Semua data direkam secara digital dan dianalisis untuk mendeteksi potensi erupsi.
Dengan pemantauan yang ketat, diharapkan masyarakat di sekitar Gunung Marapi dapat lebih waspada, dan siap menghadapi potensi ancaman vulkanik yang mungkin terjadi di masa mendatang.(MUSRIADI MUSANIF, dari berbagai sumber)
0 Komentar